31.10.13

sholawat hizb Sayyid 'Abdul Qadir Al-Jaylânî






Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Sayyidina Muhammad, yang cahayanya bagi makhluk telah mendahului, dan kemunculannya merupakan rahmat bagi alam; sebanyak jumlah makhluk-Mu yang lalu maupun yang akan datang serta yang berbahagia di antara mereka maupun yang celaka-dengan shalawat yang menghabiskan segala hitungan dan meliputi segala batasan; dengan shalawat yang tidak akan habis, berakhir; dan selesai, serta dengan shalawat yang terus-menerus dengan ke-abadian-Mu, juga kepada keluarganya. Limpahkanlah pula kesejahteraan yang banyak seperti itu."

Sholawat Nurdzat Sayyid Abu Hasan Asy-syadzili


Shalawat ini bersumber dari Sayyid Abû Al-Hasan Asy-Syadzili Beliau membuka hizb-nya, Al-Luthf dengan sha-lawat ini.

Artinya: “Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada Zat Muhammad yang halus dan tunggal; matahari, langit, rahasia tempat pemunculan cahaya; pusat peredaran kebesaran; dan kutub falak keindahan.
Ya Allah dengan rahasianya di sisi-Mu dan dengan perjalanannya kepada-Mu amankanlah rasa takutku; kurangilah kesalahanku; lenyapkanlah kesedihan dan ke-tamakanku; dan jadilah penolongku. Bawalah aku kepada-Mu, karunialah aku fana terhadapku, dan janganlah Engkau jadikan diriku mendapat cobaan dari nafsuku. Singkapkanlah bagiku semua rahasia yang tersembunyi, duhai Tuhan Yang Maha hidup dan Maha mandiri.”

85 TINGKATAN & PANGKAT WALI ALLAH

85 TINGKATAN & PANGKAT WALI ALLAH
85 Tingkatan Wali menurut Kitab Salaf

فَائِدَةٌ فِى تَعْرِيْفِ اْلقُطْبِ

أَخْبَرَ الشَّيْخُ الصَّالِحُ اْلوَرَعُ الزَّاهِدُ الْمُحَقِّقُ الْمُدَقِّقُ شَمْسُ الدِّيْنِ بْنُ كَتِيْلَةُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى وَنَفَعَ بِهِ آمِيْنَ قَالَ : كُنْتُ يَوْمًا جَالِسًا بَيْنَ يَدِي سَيِّدِي فَخَطَرَ بَبًّالِيْ أَنْ أَسْأَلَهُ عَنِ اْلقُطْبِ فَقُلْتُ لَهُ : يَاسَيِّدِي مَا مَعْنَى اْلقُطْبُ ؟

( Faedah ) mengenai definisi Wali Qutub
telah memberitahukan seorang guru yang sholih, wara` , Zuhud, seorang penyelidik, seorang yang teliti yakni Syekh Syamsuddin bin Katilah Rahimahullaahu Ta’ala menceritakan: “ suatu hari Saya sedang duduk di hadapan guruku, lalu terlintas untuk menanyakan tentang Wali Quthub. “Apa makna Quthub itu wahai tuanku?”

فَقَالَ لِيْ : اْلأَقْطَابُ كَثِيْرَةٌ ، فَإِنَّ كُلَّ مُقَدَّمِ قَوْمٍ هُوَ قُطْبُهُمْ وَأَمَّا قُطْبُ اْلغَوْثِ اْلفَرْدِ الْجَامِعِ فَهُوَ وَاحِدٌ

Lalu beliau menjawab kepadaku, “Quthub itu banyak. Setiap muqaddam atau pemuka sufi bisa disebut sebagai Quthub-nya. Sedangkan al-Quthubul Ghauts al-Fard al-Jami’ itu hanya satu.

Riwayat KH Mohammad Hasyim Asy'ari - Pencetus Nahdatul Ulama ( NU )


KH Mohammad Hasyim Asy'ariKH Mohammad Hasyim Asy'ari, atau biasa disebut KH Hasyim Ashari beliau dilahirkan pada tanggal 10 April 1875 atau menurut penanggalan arab pada tanggal 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur dan beliau kemudian tutup usia pada tanggal 25 Juli 1947 yang kemudian dikebumikan di Tebu Ireng, Jombang, KH Hasyim Asy'ari merupakan pendiri Nahdlatul Ulama yaitu sebuah organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. KH Hasyim Asyari merupakan putra dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah, Ayahnya Kyai Ashari merupakan seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. KH Hasyim Ashari merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya, KH Hasyim Ashari merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). dari Ayah dan Ibunya KH Hasyim Ashari mendapat pendidikan dan nilai-nilai dasar Islam yang kokoh.


Biografi KH Hasyim Asy'ari

Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan KH Hasyim Ashari memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren Langitan, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai ilmu yang dikecapnya, ia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan Kyai Cholil.

28.10.13

Perkembangan TAREKAT & TASAWUF sejak Zaman RASULULLAH


SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF DARI ZAMAN KE ZAMAN

“Sejarah para Sufi dari zaman Nabi Muhammad S.A.W sampai abad ke-9”

1. Tasawuf di masa Nabi Muhammad S.A.W.

Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam baik sebagai penyampai risalah dan juga teladan sempurna bagi kehidupan manusia. Oleh karenanya pastilah beliau juga merupakan tokoh spiritual yang paling sempurna. Hal ini bisa kita lihat dalam silsilah kepemimpinan thariqah dimana semuanya bermuara pada Nabi Muhammad S.A.W.

2. Tasawuf di abad 1 Hijriah

Di abad 1 Hijriah istilah tasawuf belum muncul sebagai satu diskursus, oleh karena itu belum muncul pula apa yang disebut dengan istilah Sufi, walaupun kita tahu bahwa para sahabat Nabi yang setia mengikuti ajaran-ajaran beliau pasti juga mengmalkan apa yang beliau lakukan termasuk juga dalam kehidupan spiritualnya. Salah satu buktinya masuknya Ali bin Abi Thalib sebagai salah satu kepemimpinan dalam thariqah setelah Nabi Muhammad S.A.W. Begitu juga para sahabat yang lain seperti Salman al-Farisi.

Meraih Kesadaran Ruhani Dengan Dzikir


Zikir pada dasarnya tidak terikat dengan ruang dan waktu. Kapan dan di manapun ia dapat dilakukan, bahkan dalam situasi dan kondisi bagaimanapun (QS. Al-Ahzab [33] : 41-42 dan QS. Ali Imran [3] : 190-191).
Hanya saja sebagai proses latihan memerlukan waktu khusus, misalnya pagi dan petang (buk-ratan wa ashilan/bil ghuduwwi wal aashal) atau malam hari.

Allah berfirman :
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu') dan bacaan di waktu itu lebih berkesan" (QS. Al-Muzzammil [73] : 6). Waktu-waktu tersebut memiliki keutamaan masing-masing. Pagi adalah saat memulai beraktivitas. Dengan berzikir pagi hari diharapkan semua aktivitas dimulai untuk mencari keridhaan Allah Subhanahu wa ta'ala dan untuk meraih penghidupan yang halal dan thayyib.

Sedangkan sore tetap berzikir kepada-Nya agar apa yang telah diupayakan pada hari itu memperoleh keberkahan, sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang telah diberikan-Nya.

26.10.13

BerTasawuf Mencapai Ihsan

Tujuan Bertasawuf Dalam Mencapi Derajat IHSAN
Tasawuf atau sufisme adalah bagian dari syari’ah Islamiyah, yakni wujud dari Ihsan, salah satu dari tiga kerangka ajaran Islam. Dua sebelumnya ialah Iman dan Islam. Oleh karena itu perilaku sufi harus tetap berada dalam kerangka syari’ah Islam.

Al-Qusyairi mengatakan: “Seandainya kamu melihat seseorang yang diberi kemampuan khusus (keramat), sehingga ia bisa terbang di angkasa, maka jangan terburu tergiur padanya, sehingga kamu melihat bagaimana dia menjalankan perintah, meninggalkan larangan menjaga hukum yang ada.”

Sebagaimana dikatakan bahwa tasawuf adalah identik dengan Ihsan. Dalam hadits Nabi SAW dalam Sahih Muslim, Hadits No. 09;[11] arti ihsan ialah:

أن تعبد الله كأنك تراه فإنك إن لا تراه فإنه يراك

“Beribadahlah kalian kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, jika kalian tidak bisa melihat-Nya, maka Ketahuilah bahwa Dia melihat kita”.

Mengungkap Hakikat Ikhlas

 
1.0 Kedudukan Ikhlas di dalam ibadah/amal:

Ikhlas merupakan syarat batin (hati) yang paling utama bagi setiap ibadah.

Firman Allah :
وَمَآ أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدّينَ
Pada hal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepadaNya, [Al-Bayyinah: 5]

Ikhlas adalah pemisah di antara qabul dan tertolaknya amal.
Ini bermakna sekalian amal yang tiada ikhlas bersertanya, akan menjadi sia-sia dan tertolak...!

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,

"Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang dilaksanakan dengan ikhlas dan dilakukan semata-mata untuk mengharap redha Allah. [Abu Daud dan An-Nasa'i]

Rahasia Sholawat Menggapai Ma'rifat


Fatwa sayyid Abdur-Rahman bin Musthofa Al-Idrus
Al-Allamah sayyid Abdurrohman bin musthofa Al-Idrus ( tinggal di mesir ), menyatakan (dalam penjelasan Beliau tentang sholawatnya sayyid Ahmad Al-Badawi.
Komentar ini di tulis dalam kitab yang berjudul ”Miraatu Al-Syumus fi manaqibi Aali Al-Idrus “): Bahwa di akhir zaman nanti, ketika sudah tidak di temukan seorang murobbi (Mursyid) yang memenuhi syarat, tidak ada satu pun amalan yang bisa mengantarkan seseorang wushul (ma’rifat) kepada Allah kecuali bacaan Sholawat kepada Nabi SAW, baik dalam keadaan tidur maupun terjaga.
Kemudian setiap amalan itu mungkin di terima dan mungkin juga di tolak kecuali bacaan sholawat kepada Nabi SAW yang pasti di terima, karena memuliakan kepada Nabi SAW.
 Sayyid Abdur Rohman meriwayatkan keterangan tersebut berdasarkan kesepakatan ulama’. Ketahuilah sesungguhnya para ulama’ telah sepakat atas diwajibkannya
membaca “Sholawat dan Salam” untuk Baginda Nabi SAW. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenai “kapan” kewajiban itu harus dilaksanakan?.

25.10.13

Mengenal 9 Sifat MAZMUMAH



Makna 9 sifat mazmumah

(1). BAKHIL / KIKIR

Orang bakhil atau kikir adalah orang yang sangat mencinta hartanya. Harta apa pun yang ada padanya sangatlah dicintainya. Dia sangat sayang untuk mengeluarkannya kecuali jika ia tahu bahwa harta yang dikeluarkannya itu pastilah akan mendatangkan harta lain yang lebih banyak lagi. Tak pernah cukup dengan berapa pun harta yang ada padanya. Begitulah sikap seorang yang bakhil atau kikir. Bersadakah ? “No, itu akan membuat orang manja saja ! Terlebih-lebih, hal itu dapat mengurangi harta kita” begitulah alasannya.Hal ini diisyaratkan Allah pada Al-Qur’an Surat Al-Aadiyaat ayat :6-8. “sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta [Sebagian ahli tafsir menerangkan bahwa maksud ayat ini ialah: manusia itu sangat kuat cintanya kepada harta sehingga ia menjadi bakhil]”Jangan biarkan, bakhil atau kikir menguasai diri kita, karena ini akan menyebabkan kita terjatuh dan tertinggal dari memperoleh rahmat Allah.

Riwayat Abi Sulaiman daud ath tha'i


Sufism spiritual of islam 
Abu Sulaiman Daud bin Nushair ath-Tha'i dari Kufah adalah seorang yang sangat termasyhur kepintarannya. Ia pernah menjadi murid Abu Hanifah, dan setelah diperkenalkan dengan jalan pertapaan oleh Habib ar- Ra'i, ia membuang semua buku- buku yang dimilikinya ke sungai Euphrat. Ia meninggal dunia antara tahun 160 dan 165 H. / 777 dan 782 M.

KEPAPAAN DAUD ATH-THA'I Sejak kecil batinnya dicekam duka sehingga ia sering meng- hindarkan diri dari pergaulan. Yang menyebabkan pertaubatannya adalah seorang wanita yang sedang berkabung, yang membacakan: Pipimu yang manakah yang telah mulai kendur? Dan matamu yang manakah yang mula kabur? Kesedihan mencekam batinnya dan kegelisahan tak dapat diatasinya. Dalam keadaan seperti inilah ia belajar di bawah bimbing-an Abu Hanifah.

"Apakah yang telah terjadi terhadap dirimu?", tanya Abu Hanifah kepadanya, Daud pun mengisahkan pengalamannya. Kemudian dia me-nambahkan: "Dunia ini tidak dapat menarik hatiku lagi. Sesuatu telah terjadi di dalam diriku, sesuatu yang tak dapat kumengerti, yang tak dapat dijelaskan oleh buku-buku atau pun keterangan-keterangan para ahli yang kutemukan". "Hindarkanlah manusia-manusia lain", Abu Hanifah menyaran- kan.

24.10.13

Penilaian Imam Syafie Terhadap Sufi

Di beberapa tempat, Imam As Syafi’i telah memberi penilaian terhadap para sufi. Yang sering dinukil dari perkataan beliau mengenai sufi bersumber dari Manaqib Al Imam As Syafi’i yang ditulis oleh Imam Al Baihaqi.

Di dalam kitab itu, Imam As Syafi’i menyatakan,

“Kalau seandainya seorang laki-laki mengamalkan tashawuf di awal siang, maka tidak tidak sampai kepadanya dhuhur kecuali ia menjadi hamqa (kekurangan akal).”
(Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Beliau juga menyatakan,

”Aku tidak mengetahui seorang sufi yang berakal, kecuali ia seorang Muslim yang khawwas.”
(Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Beberapa pihak secara tergesa-gesa menyimpulkan dari perkataan di atas bahwa Imam As Syafi’i mencela seluruh penganut sufi. Padahal tidaklah demikian, Imam As Syafi’i hanya mencela mereka yang menisbatkan kepada tashawuf namun tidak benar-benar menjalankan ajarannya tersebut.

Dalam hal ini, Imam Al Baihaqi menjelaskan,

”Dan sesungguhnya yang dituju dengan perkataan itu adalah siapa yang masuk kepada ajaran sufi namun mencukupkan diri dengan sebutan daripada kandungannya, dan tulisan daripada hakikatnya, dan ia meninggalkan usaha dan membebankan kesusahannya kepada kaum Muslim, ia tidak perduli terhadap mereka serta tidak mengindahkan hak-hak mereka, dan tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau sifatkan di kesempatan lain.”
(Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/208)


Jadilah Kamu Seorang Faqih Dan Sufi


 


Sultan al-Malik al-Kamil Muhammad bin al-Malik al-`Adil Abu Bakar bin Ayyub daripada Dinasti Ayyubi yang memerintah Mesir satu ketika dahulu telah membina sebuah kubah indah menaungi makam Sulthanul A-immah Muhammad bin Idris asy-Syafie radhiyaAllahu `anhu. Atas kubah tersebut dibina suatu lambang berbentuk kapal dan bulan sebagai isyarat bahawa di bawah kubah tersebut bersemadinya “Bahrul `Ulum” [Lautan Ilmu Pengetahuan], Sulthanul A-immah, Imam al-Muthallibi, Muhammad bin Idris asy-Syafie radhiyaAllahu `anhu. Keluasan ilmu dan wawasan Imam asy-Syafie diibaratkan seperti lautan yang tidak bertepi. Imam besar ini telah menghabiskan umur beliau di dunia dengan sebaik-baiknya, penuh kesalihan dan manfaat bagi sekalian umat Junjungan Nabi shallaAllahu `alaihi wa sallam. Umur beliau yang berkat itu juga ditutup dengan khatimah yang baik, hari Jumaat akhir bulan haram, Rajab. Diceirtakan bahawa Imam az-Za’faarani radhiyaAllahu `anhu memberitakan yang beliau mendengar Imam Ahmad radhiyaAllahu `anhu berkata:

“Aku telah bermimpi seakan-akan Junjungan Nabi shallaAllahu `alaihi wa sallam wafat dan orang ramai melayat jenazah baginda. Maka tatkala pagi harinya, kami dapati bahawa Imam asy-Syafie yang telah wafat pada hari tersebut.”


Kenapa Tasawuf Terabaikan Dari Samudra Ilmu


Firman Allah Taala:
`Pada hari ini Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Ku ridai Islam itu jadi agama bagimu’ (Al Maaidah:3)
Apabila turunnya ayat di atas bererti sempurnalah Sunnah Rasulullah saw – Syariat, Takrifat, Makrifat dan Hakikat. Lengkaplah seluruh ilmu dan lautan zahir dan batinnya. Sebahagian tersimpan teguh di dada para Sahabat utama sehingga mana-mana sahabat adalah model ikutan. Sabda Rasulullah saw:
‘Para Sahabatku umpama bintang-bintang, mengikut yang mana pun kamu akan mendapat petunjuk’
Nabi Muhammad saw sendiri adalah sumber kesempurnaan. Baginda saw lah model ikutan pada sepanjang zaman, Nabi dan Rasul untuk seluruh umat manusia sejak Adam as sehinggalah kiamat dunia. Baginda saw adalah model terunggul menterjemahkan Al Quran dalam kehidupan. Apa yang zahir dan terzahir dari sisi Baginda saw itulah Quran Zahir – Islam Zahir. Apa yang tersembunyi dalam dada,kalbu dan hati Baginda saw yang teramat mulia itu, itulah Quran Batin – Islam Batin. Quran Zahir dan Islam Zahir tersebar luas, dan para Sahabat ra diberi pegkhususaan masing-masing dalam berbagai-bagai disiplin ilmu, tetapi Quran Batin atau Islam Batin adalah pengkhususan dan terkhusus bagi Sahabat-Sahabat Pilihan dan ilmu ini dibicarakan secara khususiah sesama mereka. Ilmu ini tidak berkembang luas tetapi bersemadi di dada dan di jiwa para sahabat utama. Inilah tradisi ilmu ini.

21.10.13

Bagaimana Jika Ulama atau Ustadz Melakukan Kesalahan ?

Sumber Gambar http://www.itoday.co.id/
Saat seorang ulama’ atau ustadz melakukan suatu kesalahan, meskipun hanya melakukan perbuatan yang khilaful aula (tidak selayaknya/tidak patut), sering sekali masyarakat mensikapinya secara berlebihan, yaitu, tidak mau lagi belajar dan mengambil ilmu dari ulama’ tersebut.
Sikap ini, di satu sisi, bisa menjadi ibrah bagi ulama’ dan ustadz lainnya, agar berhati-hati, namun, di sisi lain, perlu dimunculkan pertanyaan:

“Siapa sih yang ma’shum selain nabi Muhammad SAW?”.

Terkait hal ini, menarik juga melakukan perenungan terhadap kisah berikut:

Suatu hari, seorang shalih bernama Salim Al-Khawwash melihat Sufyan bin ‘Uyainah pergi ke pasar. Dalam pandangannya, seorang seperti Sufyan bin ‘Uyainah tidak patut (khilaful aula) baginya untuk memasuki pasar, karenanya, Salim pun mengkritik Sufyan dan mengingatkan bahwa dengan perbuatannya ini, para murid bisa pergi meninggalkan Sufyan.

19.10.13

TENTANG MUROQOBAH DAN WUQUF QOLBI

 


muroqobah adalah keadaan yang meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi manusia dimanapun Dia Berada Dan Apa pun Keadaannya.
Berkaitan dengan hal itu, Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur'an Surat Qaf ayat 16-18,


وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ
مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ


Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.


Jadi jelaslah dengan muroqobbah yang kuat seorang hamba tidak akan berani melanggar perintah allah swt dan lalai dari mengerjakan sesuatu yang telah diperintahkan oleh allah swt karena yakin bahwasanya seluruh perbuatan baik buruk mereka akan dicatat oleh malaikat raqib dan atid yang pada nantinya akan dimintakan pertanggungjawabannya.
Seorang hamba yang telah muroqqobah akan selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan allah kepadanya dan bersabar atas segala bencana dan cobaan yang diberikan oleh allah swt kepadanya.

Apa Fadilah Membaca Dalail Khairat


 

Dalail Khairat adalah sebuah kitab yang berisi shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, karena itu dengan membaca Dalail Khairat berarti telah membaca shalawat kepada Nabi kita SAW. Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab beliau, al-Dur al-Manzhud fi al-Shalat wa al-Salam ‘ala Shahib al-Maqam al-Mahmud (Cet. Dar al-Minhaj, Hal 136-180) menyebut  jumlah yang banyak fadhilah bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW dengan mendasarkan kepada hadits-hadits Nabi SAW, yaitu antara lain :
1. Allah, Malaikat dan Rasulullah SAW akan bersalawat kepadanya.
2.    Meninggikan derajat, menghapuskan kejahatan dan bersalawat itu sebanding dengan memerdekakan sepuluh orang hamba sahaya
3.    Menjadi syafa’ah dan kesaksian Nabi Muhammad SAW
4.    Menjadi sebab terlepas dari penyakit nifaq dan terlepas dari api neraka serta mengangkatnya kepada derajat para syuhada

18.10.13

Mutiara Hikmah Kalam Habib Umar bin Hafidz



اَمَْلئ قَلْبَكَ بِمَحَبَّةِ إِخْواَنِكَ يَنْجَبِرْ وَنُقْصاَنُكَ يَرْتَفِعْ
 عِنْدَاللهِ شأْنَكَ
Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan
mengangkat derajatmu di sisi Allah.

مَنْ كاَنَ أَعْرَفْ كاَنَ أَخْوَف
Barangsiapa semakin mengenal kepada Allah niscaya akan semakin takut.

مَنْ لَمْ يُجاَلِسْ مُفْلِحُ كَيْفَ يُفْلِحُ ومَنْ جاَلَسَ مُفْلِحُ كَيْفَ لاَ يُفْلِحُ
Barangsiapa yang tidak mau duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung. Barangsiapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.

مَنْ كاَنَ سَيَلْقَى فِيْ الْمَوْتِ الْحَبِيْبَ فَالْمَوْتُ عِيْداً لَهُ
Barangsiapa menjadikan kematiannya sebagai pertemuan dengan Sang Kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginya.


مَنْ صَدَّقَ باِلرِّساَلَةِ خَدَمَهاَ
مَنْ صَدَّقَ باِلرِّساَلَةِ تَحَمَّلْ مِنْ أَجْلِهاَ
مَنْ صَدَّقَ باِلرِّساَلَةِ بَدَّلَ ماَلَهُ وَ نَفْسَهُ مِنْ شأْنِهاَ
Barangsiapa percaya pada Risalah (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barangsiapa percaya pada Risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barangsiapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya.

BerTasawuf Dengan Benar


 

Dua orang ulama besar pernah hidup pada satu zaman. Keduanya dikenal sebagai ahli fiqih dan sekaligus ahli makrifat. Yang satu bernama Syech Sofyan Al-Tsawri. Ia dikenal sebagai pendiri mazhab fiqih besar di zamannya; tetapi dalam perkembangan zaman, fiqihnya kalah populer dengan fiqih-fiqih yang lain, satunya lagi adalah Imam Ja’far Al- Shadiq, salah satu di antara “bintang” cemerlang dalam silsilah tarikat.

Pada suatu hari Syech Sofyan Al-Tsawri mendatangi Imam Ja’far Al-Shadiq dan di dapatinya Imam Ja’far dalam pakaian yang indah gemerlap, hingga tampak bagi Al-Tsawri sangat mewah. Ia merasa, Imam yang terkenal sangat salih dan zahid, tidak pantas untuk memakai pakaian seperti itu. Ia berkata, “Busana ini bukanlah pakaianmu!”. Imam Jakfar Al-Shadioq menimpali ucapan Al-Tsawri dengan berkata, “Dengarkan aku dan simak apa yang akan aku katakan padamu. Apa yang akan aku ucapkan ini, baik bagimu sekarang dan pada waktu yang akan datang, jika kamu ingin mati dalam sunnah dan kebenaran, dan bukan mati di atas bid’ah. Aku beritakan padamu, bahwa Rasulullah saw hidup pada zaman yang sangat miskin. Ketika kemudian zaman berubah dan dunia datang, orang yang paling berhak untuk memanfaatkannya adalah orang-orang salih, bukan orang-orang yang durhaka; orang-orang mukmin, bukan orang-orang munafik; orang-orang Islamnya bukan orang-orang kafirnya. Apa yang akan kau ingkari, hai Al- Tsawri? Demi Allah, walaupun kamu lihat aku dalam keadaan seperti ini sejak pagi hingga sore, jika dalam hartaku ada hak yang harus aku berikan pada tempatnya, pastilah aku sudah memberikannya semata-mata karena Allah.”

14.10.13

Syaikh al-Akbar Muhyiddin Ibnu Arabi

Syaikh al-Akbar (Guru Teragung), demikian Ibnu Arabi sering disapa. Ada pula yang menyapanya Muhyiddin (Penghidup Agama), atau al-Kabrit Al-Ahmar (Belerang Merah). Sang pengusung ajaran wahdat al-wujud ini merupakan sosok yang kontroversial. Syair-syair mistisnya disenandungkan dengan bahasa erotis sehingga mengundang reaksi dari kalangan fuqaha. Nama Muhyidin Ibnu Arabi, mengingatkan pada tokoh sufi seperti Al-Hallaj (Baghdad), Syaikh Siti Jenar, dan Syaikh Hamzah Fansuri. Syair-syair maupun ungkapan-ungkapannya banyak mengandung kontroversi. Namun demikian, bila dicermati secara saksama, apa yang diucapkan atau tertulis dalam syairnya, menggambarkan kecintaan dan kedekatan sang tokoh dengan Tuhannya.

Ibnu Arabi sudah menulis tiga kumpulan puisi dan ribuan syair yang tersebar di seluruh tulisan-tulisan prosanya. Sebagai seorang teoretisi imajinasi Muslim terbesar, ia mampu menggambarkan perasaan cinta, keagungan Tuhan, kesempurnaan Muhammad, dan keindahan alam dalam puisi imajinatif yang sempurna. Dalam karyanya berjudul Dakha'ir al-A'laq, Ibnu Arabi mengatakan, ''Aku menyinggung tentang ilmu makrifat yang mulia, cahaya ketuhanan, misteri spiritual, ilmu pengetahuan, intelektual, dan berbagai peringatan syari'ah. Akan tetapi, kuekspresikan semuanya itu dengan gaya bahasa cinta erotis dan gelora asmara, karena jiwa akan terpikat dengan ekspresi-ekspresi seperti itu.''

Perjalanan Dzun Nun Al-Mishri

Beliau adalah seorang sufi agung yang memberikan kontribusi besar terhadap dunia pemahaman dan pengamalan hidup dan kehidupan secara mendalam antara makhluk dengan Sang Pencipta, makhluk dan sesama ini mempunyai nama lengkap al-Imam al-A'rif al-Sufy al-Wasil Abu al-Faidl Tsauban bin Ibrahim, dan terkenal dengan Dzun Nun al-Mishri. Kendati demikian, besar nama yang disandangnya namun tidak ada catatan sejarah tentang kapan kelahirannya.

Waliyullah yang dibanggakan oleh Mesir ini berasal dari Nubay (satu suku di selatan Mesir) kemudian menetap di kota Akhmin (sebuah kota di propinsi Suhaj). Kota Akhmin ini rupanya bukan tempat tinggal terakhirnya. Sebagaimana lazimnya para sufi, ia selalu menjelajahi bumi mensyi'arkan agama Allah mencari jati diri, menggapai cinta dan ma'rifatullah yang hakiki.

13.10.13

Download Kumpulan Ceramah Habib Munzir 2009 - 2013

 


[audio]Ceramah Habib Munzir 2011
Ceramah Habib Munzir 2011
Keywords: Ceramah Habib Munzir 2011
Downloads: 2,500
[audio]Ceramah Habib Munzir
Ceramah Habib Munzir
Keywords: Ceramah Habib Munzir
Downloads: 32

Download Kumpulan Ceramah Habib Luthfi

Koleksi Audio Tausiah Habib Luthfi Bin Yahya

alt
Judul Kajian Download KajianPlay Kajian
Habib Lutfi - maulid kanzus 20116.2 MB 
Habib Luthfi in Demak City For Haul Raden Fatah8.4 MB 
habib luthfi yahya - (maulid - nabi - 1428 - h)8.2 MB 
habib luthfi (maulid nabi 1429 h)7.9 MB 
Tausiyah Al Habib Luthfi bin Yahya (3 Juni 2012)10.9 MB 
Habib Lutfi Yahya di simpar bandar 20128.1 MB 
Habib Lutfi Yahya.di khoul Syekh Rahmatillah Pasekaran Batang16.6 MB 
Habib Lutfi.di kemligi Batang 201210.9 MB 
Habib Luthfi 31-10-20114.7 MB 
HABIB LUTFI DI PONDOK MODERN TAZAKKA BANDAR BATANG2.4 MB 
Mauidloh Khasanah Oleh Habib Lutfi Haul Masyayikh Pondok Pesantren Termas Di Laksanakan Di Buaran Pekalongan11.1 MB 
Maulidurrosul Simbangkulon 2013 Bersama Habib Lutfi6.4 MB 




Jemputan Artikel : http://audio-ahlussunnah.blogspot.com/2012/06/ceramah-habib-luthfi-bin-yahya.html

12.10.13

Kalam Hikmah Habib Luthfi

Kalam Al-Habib Muhammad Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya:





1. Kalimat Laa ilaa ha illa Alloh

Kalimat Laa ilaa ha illa Alloh tidak sekadar diucapkan, tetapi dihunjamkan ke dalam hati. Makna: tidak ada zat yang wajib disembah kecuali ALLOH Subhanahu wata'ala. Selain ALLOH Subhanahu wata'ala adalah makhluk-hawadits yang baru.
Dari bacaan tsb dpt mengukir setiap hati mukmin, bisa menepis segala kesyirikan. Syirik itu bermakna luas, bahkan pakaian bisa membuat syirik. Jika kita tidak pake pakaian/jubah maka kita tidak dikenal sbg ulama/ustad maka ini sebagai penyebab syirik dlm berpakaian. Demikian pula pekerjaan jika kita tidak bekerja, maka kita tidak makan, maka bekerja ini menjadi syirik. Demikian jg kendaraan bisa menyebabkan syirik, jika kita bepergian tidak menggunakan kendaraan ini maka kita tidak sampai. Ini pun bisa menjadikan syirik. Mengapa? Karena semua itu adalah wasilah-sarana, karena hakikatnya adalah ALLOH Subhanahu wata'ala yang menggerakkan.
Pembekalan dlm sholat harus terimplementasi dlm kehidupan. Oleh sebab itu sholat harus lengkap, tidak sekadar niat, bahkan mengajak seluruh anggota tubuh u/ sholat baik mata, telinga, mulut, tangan, lisan dikenalkan kepada ALLOH Subhanahu wata'ala
"Laa ilaa ha illa Alloh".... Sehingga seluruh tubuh tidak akan bermaksiat kpd Allah karena sudah mengenal ALLOH Subhanahu wata'ala .

Biografi Habib Luthfi yahya


 

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya dilahirkan di Pekalongan Jawa Tengah pada hari Senin, pagi tanggal 27 Rajab tahun 1367 H. Bertepatan tanggal 10 November, tahun 1947 M. Dilahirkan dari seorang syarifah, yang memiliki nama dan nasab: sayidah al Karimah as Syarifah Nur binti Sayid Muhsin bin Sayid Salim bin Sayid al Imam Shalih bin Sayid Muhsin bin Sayid Hasan bin Sasyid Imam ‘Alawi bin Sayid al Imam Muhammad bin al Imam ‘Alawi bin Imam al Kabir Sayid Abdullah bin Imam Salim bin Imam Muhammad bin Sayid Sahal bin Imam Abd Rahman Maula Dawileh bin Imam ‘Ali bin Imam ‘Alawi bin Sayidina Imam al Faqih al Muqadam bin ‘Ali Bâ Alawi.

NASAB BELIAU :

Al Habib Muhammad Luthfi bin Sayid Ali al Ghalib bin Sayid Hasyim bin Sayid Umar Bin Sayid Thaha sahibur ratib (yang menyusun ratib Kubro) bin Sayid Muhammad bin Sayid Thaha bin Sayid Hasan bin Sayid Syekh bin Sayid Ahmad bin Sayid Yahya bin Sayid Hasan bin Sayid ‘Ali bin Sayid Muhammad Faqih Muqadam bin Sayid ‘Alawi bin Sayid ‘Ali bin Sayid Muhammad Sahib Marbath bin Sayid Khala ‘Ali Qasam bin Sayid ‘Alawi bin Sayid Muhammad bin Sayid Muhammad an Naqib bin Sayid ‘Isa an Naqib bin Sayid Ahmad al Muhajir bin Sayid Abdullah bin Sayid ‘Alawi bin Sayid ‘Ali al ‘Uraidhi bin Sayid Ja’far Shadiq bin Sayid Muhammad al Baqir bin Sayid ‘Ali Zainal Abidin bin Sayid Imam Husain as Sibthi bin Sayidatina Fathimah az Zahra binti Sayidina Muhammad Saw.

11.10.13

Kisah Syeikh Abdul Qodir Jailani, Adab Ziarahi Ulama

Ada kalanya seorang murid ingin menjumpai untuk bersilaturahmi ataupun mengambil ilmu dan berkah dari ulama. akan tetapi terkadang ada niat ataupun bisikan hati yang berbeda yang bisa mengotori keberkahan dari pertemuan tersebut.
Dibawah ana masukkan sedikit cerita kisah didalam kitab
Al-Kawakib ad-Duriyyah ‘ala al-Hadaiq al-Wardiyyah fi Ajlaa’ as-Saadat an-Naqsyabandiah oleh Syaikh ‘Abdul Majid bin Muhammad bin Muhammad al-Khani asy-Syafie

Shaikh Abdul Qadir Jilani diusia mudanya adalah seorang yang sangat jenius, cerdas dan gemar menuntut ilmu. Beliau mempunyai dua orang sahabat yaitu Ibnu as-Saqa dan Abu Said Abdullah Ibnu Abi Usrun, keduanya juga dikenal sebagai sosok yang cerdas.
Suatu saat Shaikh Abdul Qadir Jilani benerta kedua temannya sepakat untukm
mengunjungi seorang waliAllah yang bernama Syaikh Yusuf al-Hamdani [440H – 535H: Beliau Abu Ya’qub Yusuf ibn Ayyub ibn Yusuf ibn al-Husain al-Hamdani adalah murid kepada Syaikh Abu ‘Ali al-Farmidhi dan guru kepada Shaikh Abdul Khaliq al-Ghujdawani – Masyaikh diTariqah Naqsyabandi. Kepada Syaikh Abdul Khaliq inilah dinisbahkan ‘amalan khatam khawajakhan dan yang mengatakan Syaikh Abu ‘Ali al-Farmidhi adalah guru kepada Imam al-Ghazali], yang dikenali sebagai al-Ghaus. Al-Ghaus adalah seorang ahli ibadah yang shaleh, waliAllah yang tinggal di pinggir kota. Namun beliau dikunjung banyak orang.

Sebelum berangkat, Ibn as-Saqa dan Ibn Abi Usrun berdiskusi mengenai niat atau maksud dari ziarah yang ingin mereka lakukan. Ibn as-Saqa berkata : Aku akan menanyakan persoalan yang susah agar ia bingung dan tidak bisa menjawabnya.
kemudian Ibn Abi Usrun juga berkata: Aku akan ajukan pertannyaan ilmiah, dan aku ingin melihat apakah yang ingin beliau katakan.

10.10.13

Perjalanan SYEIKH NAWAWI AL BANTANI


 

Kemasyhuran dan nama besar Syeikh Nawawi al-Bantani kiranya sudah tidak perlu diragukan lagi. Melalui karya-karyanya, kira-kira mencapai 200-an kitab, ulama kelahiran Kampung Tanara, Serang, Banten, 1815 M ini telah membuktikan kepada dunia Islam akan ketangguhan ilmu ulama-ulama Indonesia.

Para ulama di lingkungan Masjidil Haram sangat hormat kepada kealimannya. Bahkan ketika Syeikh Nawawi berhasil menyelesaikan karyanya Tafsir Marah Labid, para ulama Mekkah serta merta memberikan penghormatan tertinggi kepadanya. Pada hari yang telah ditentukan para ulama Mekah dari berbagai penjuru dunia mengarak Syeikh Nawawi mengelilingi Ka`bah sebanyak tujuh kali sebagai bukti penghormatan mereka atas karya monumentalnya itu.

Nama Imam Nawawi begitu dominan, terutama dalam lingkungan ulama-ulama Syafi'iyah. Beliau sangat terkenal kerana banyak karangannya yang dikaji pada setiap zaman dari dahulu sampai sekarang. Nama ini adalah milik Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syirfu an-Nawawi yang dilahirkan di Nawa sebuah distrik di Damaskus Syiria pada bulan Muharram tahun 631 H.

Pada penghujung abad ke-18 lahir pula seseorang yang bernama Nawawi di Tanara, Banten. Nama lengkapnya adalah Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar ibnu Arabi bin Ali al-Jawi al-Bantani. Anak sulung seorang ulama Banten, lahir pada tahun 1230 H/1814 M di Banten dan wafat di Mekah tahun 1314 Hijrah/1897 Masehi.

Riwayat KH.AHMAD DJAZULI USTMAN


Dialah Mas’ud, yang mendapat julukan Blawong dari KH. Zainuddin. Kelak dikemudian hari ia lebih dikenal dengan nama KH. Achmad Djazuli Utsman, pendiri dan pengasuh I Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kediri. Diam-diam KH. Zainuddin memperhatikan gerak-gerik santri baru yang berasal dari Ploso itu. Dalam satu kesempatan, sang pengasuh pesantren bertemu Mas’ud memerintahkan untuk tinggal di dalam pondok.“Co, endang ning pondok!”“Kulo mboten gadah sangu, Pak Kyai.”“Ayo, Co...mbesok kowe arep dadi Blawong, Co!”Mas’ud yang tidak mengerti apa artinya Blawong, hanya diam saja. Setelah tiga kali meminta, barulah Mas’ud menurut perintah Kyai Zainuddin untuk tinggal di dalam bilik pondok. Sejak itulah, Mas’ud kerap mendapat julukan Blawong.Ternyata Blawong adalah burung perkutut mahal yang bunyinya sangat indah dan merdu. Si Blawong itu dipelihara dengan mulia di istana Kerajaan Bawijaya. Alunan suaranya mengagumkan, tidak ada seorang pun yang berkata-kata tatkala Blawong sedang berkicau, semua menyimak suaranya. Seolah burung itu punya karisma yang luar biasa.

Ia lahir di awal abad XIX, tepatnya tanggal 16 Mei 1900 M. Ia adalah anak Raden Mas M. Utsman seorang Onder Distrik (penghulu kecamatan). Sebagai anak bangsawan, Mas’ud beruntung, karena ia bisa mengenyam pendidikan sekolah formal seperti SR, MULO, HIS bahkan sampai dapat duduk di tingkat perguruan tinggi STOVIA (Fakultas Kedokteran UI sekarang) di Batavia.Belum lama Mas’ud menempuh pendidikan di STOVIA, tak lama berselang Pak Naib, demikian panggilan akrab RM Utsman kedatangan tamu, KH. Ma’ruf (Kedunglo) yang dikenal sebagai murid Kyai Kholil, Bangkalan (Madura). “Pundi Mas’ud?” tanya Kyai Ma’ruf.“Ke Batavia. Dia sekolah di jurusan kedokteran,” jawab Ayah Mas’ud.“Saene Mas’ud dipun aturi wangsul.
Larene niku ingkang paroyogi dipun lebetaken pondok (Sebaiknya ia dipanggil pulang. Anak itu cocoknya dimasukan ke pondok pesantren),” kata Kyai Ma’ruf. Mendapat perintah dari seorang ulama yang sangat dihormatinya itu, Pak Naib kemudian mengirim surat ke Batavia meminta Mas’ud untuk pulang ke Ploso, Kediri. Sebagai anak yang berbakti ia pun kemudian pulang ke Kediri dan mulai belajar dari pesantren ke pesantren yang lainnya yang ada di sekitar karsidenan Kediri. Mas’ud mengawali masuk pesantren Gondanglegi di Nganjuk yang diasuh oleh KH. Ahmad Sholeh.

Hikmah Imam Al-Ghazali Belajar Membersihkan Hati

imam al ghazali 
Banyak cerita menarik seputar Imam Al Ghazali, yang paling terkenal ialah cerita tentang Ahmad, adiknya, melalui jalan saudaranya inilah jalan tasawuf menjadi pilihan Al Ghazali. Saking berterima kasihnya Al Ghazali mendedikasikan sebuah kitabnya, Madhunun bih Ala Ghairi Ahlih, untuk sang adik.

Alkisah, suatu hari ketika Imam Al Ghazali menjadi imam disebuah masjid . Tetapi saudaranya yang bernama Ahmad tidak mau berjamaah bersama, Imam Al Ghazali lalu berkata kepadanya ibunya :

"Wahai ibu, perintahkan saudaraku Ahmad agar shalat mengikutiku, supaya orang-orang tidak menuduhku selalu bersikap jelek terhadapnya". Ibu Al Ghazali lalu memerintahkan puteranya Ahmad agar shalat makmum kepada saudaranya Al Ghazali. Ahmad pun melaksanakan perintah sang ibu untuk shalat bermakmum kepada Al Ghazali,

Ketika Al Ghazali menjadi Imam shalat di masjid, sementara adiknya menajdi makmum. Ketika itu adiknya melihat tubuh sang kakak berdarah, maka ia pun (Muffaragah) membatalkan makmum kepada kakaknya, dan meneruskan shalat sendiri. Usai shalat, Ghazali bertanya, “Mengapa kamu membatalkan makmum kepadaku?” jawab Ahmad, adiknya, “Aku melihat kanda penuh darah.”

Sejenak Ghazali termenung. “Memang dalam shalat saya sedang berpikir tentang persoalan haid.” Adik kandung Imam Ghazali memang dikenal sebagai ahli Kasyf, mampu melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang awam. Seketika itu Ghazali sadar tentang pentingnya dunia sufi. Dan kejadian inilah yang mendorongnya mendalami ilmu tasawuf.

7.10.13

Perjumpaan Asy-Syibly dan Imam Junaid Al-baghdadi


Rasa cinta di dalam diri adalah sebuah anugerah yang di berikan sang kholiq kepada hambanya. Cinta kepada anak,istri,harta benda dan pangkat adalah sebuah keindahan yang ada di dunia ini, apabila manusia bisa meletakkan perhiasan-perhiasan [dunia seisinya] tepat pada porsinya maka semua perhiasan itu akan memberi cahaya bagi kehidupan. Sebaliknya bila penempatannya bukan pada porsinya, maka semua perhiasan itu sewaktu-waktu membawa bencana dan kehancuran.
Fiman-NYA : “ Dijadikan indah pada [pandangan] manusia KECINTAAN kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,perak,kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah semua PERHIASAN DUNIA, dan di sisi Allah-lah tempat kembali terbaik.” [ QS.Ali imran [3] : 14 ].

Dalam meletakkan cinta diperlukan kecerdasan ruhani, mereka yang memiliki kecerdasan ruhani memiliki prinsip yang menampilkan sosok dirinya sebagai insan yang berakhlaq, mereka tahu bagaimana meletakkan cinta. Para ahli TASAWUF yaitu ahli sufi [Arif-Billah] berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah dengan lugas mengatakan, “ Mencintai pemilik dan pemberi hiasan jauh lebih mulia dan jauh lebih berharga dibanding mencintai sekedar hiasan saja “. Ungkapan tersebut berlandaskan Firman Allah Swt :

قل متا ع الد نيا قليل والا خرة خير لمن اتقى ولا تظممو ن فتيلا انساء
“ Katakanlah olehmu [Hai Muhammad] : Hiasan dunia ini hanya sebentar [terlalu sedikit] dan [perhiasan Akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa “. [qs.An-Nisa’ [4] : 77 ]

5.10.13

Hikmah Abu Yazid Al-Bustami Tentang UJUB

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ

Sahabatku rahimakumullah..

Dalam kehidupan kita, seringkali kita juga lebih mudah untuk mendapatkan pelajaran dari cerita-cerita sederhana ketimbang uraian-uraian panjang yang ilmiah. Berikut ini sebuah cerita dari Guru Sufi terkenal, Bayazid Al-Busthami, yang insya Allah, dapat kita ambil pelajaran daripadanya;

Di samping seorang sufi, Bayazid juga adalah pengajar tasawuf. Di antara jamaahnya, ada seorang santri yang juga memiliki murid yang banyak. Santri itu juga menjadi Kyai bagi jamaahnya sendiri. Karena telah memiliki murid, santri ini selalu memakai pakaian yang menunjukkan kesalehannya, seperti baju putih, serban, dan wewangian tertentu.


Suatu saat, muridnya itu mengadu kepada Bayazid, "Tuan Guru, saya sudah beribadat tiga puluh tahun lamanya. Saya shalat setiap malam dan puasa setiap hari, tapi anehnya, saya belum mengalami pengalaman ruhani yang Tuan Guru ceritakan. Saya tidak pernah saksikan apa-pun yang Tuan pernah gambarkan."

Bayazid menjawab, "Sekiranya kamu beribadat selama tiga ratus tahun pun, kamu tidak akan mencapai satu butir pun debu mukasyafah dalam hidupmu."

Murid itu heran, "Mengapa, ya Tuan Guru?"

"Karena kamu tertutup oleh dirimu," jawab Bayazid.

"Bisakah kamu obati aku agar hijab itu tersingkap?" pinta sang murid.

"Bisa," ucap Bayazid, "tapi kamu tidak mungkin akan melakukannya."

"Tentu saja akan aku lakukan," sanggah murid itu.

45 Thariqah Mu'tabarah di Lingkungan Nahdlatul Ulama (NU)


 

45 Thariqah NU Yang Berstandar ( Mu'tabarah )
Tidak semua aliran Thariqah diakui keabsahannya oleh Nahdlatul Ulama (NU). Setidaknya ada 45 Thariqah NU yang berstandar, yakni Thariqah yang Mu’tabarah. Hanya mereka yang memenuhi standar saja yang diperkenankan masuk menjadi Banom NU dalam JATMAN, Jamiyyah Ahluth Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyyah. Seperti apa standar Thariqah versi NU? KH Aziz Masyhuri, pengasuh Pondok Pesantren Al-Aziziyah Denanyar pernah melakukan penelitian tentang aliran Thariqah di Indonesia. Kesimpulan yang didapat; keberadaan Thariqah di tanah air ini ada sekitar ribuan. Jumlah itu dianggap wajar seiring dengan dinamika yang mengelilinginya.

Salah satu contoh, ada sebuah aliran Thariqah yang demikian berpengaruh dan memiliki massa besar di salah satu kota di Jawa Timur, namun dalam perkembangan berikutnya terjadi perpe-cahan dan masing-masing berdiri sendiri. Kondisi itu masih diper¬parah lagi dengan campur tangan pemerintah yang berkuasa kala itu. Jadilah berkeping-keping. Dunia Thariqah memang rentan terpecah-pecah dan ingin berdiri sendiri-sendiri. Masing-masing menjadi seorang Mursyid.

Di Indonesia, tercatat ada bermacam-macam Thariqah dan organisasi yang mirip Thariqah. Beberapa di antaranya hanya sebagai Thariqah lokal yang berdasarkan pada ajaran-ajaran dan amalan-amalan guru tertentu. Thariqah lainnya, biasanya yang lebih besar, sebetulnya merupakan cabang-cabang dari gerakan Sufi internasional, misalnya Khalwatiyah (Sulawesi Selatan), Syattariyah (Sumatera Barat dan Jawa), Qadiriyah, Rifa’iyah, Idrisiyah atau Ahmadiyah, Tija-niyah dan yang paling besar adalah Naqsyabandiyah.

Rahasia Haji : Dialog Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin dan Imam Syibli

  بسم الله الرّحمن الرّحيم 
  

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ 

Sebagai seorang Imam dan Ulama besar yang mendalami ilmu tasawwuf dan hidup zuhud, Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin ra. menilai ibadah tidak hanya dari lahiriah saja, tetapi tekanan utamanya diarahkan kepada kebulatan batin orang yang menunaikannya. Ia mengajarkan kepada murid-muridnya, bahwa kesempurnaan ibadah hanya dapat dicapai bila dilakukan dengan tiga unsur yang tidak boleh dipisahkan, yaitu unsur batin (qalbiy), unsur ucapan (qauly), dan unsur perbuatan (fi’liy). Pandangannya yang sangat cermat dan mendalam itu dapat kita ketahui dari dialog dengan salah seorang muridnya yang bernama Asy-Syibliy (terkenal Ulama besar sufi dan juga waliyullah).

Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin ra. dalam dialog dengan muridnya yang telah mencapai martabat ilmu yang tinggi itu mengungkapkan kesempurnaan ibadah haji dari segi hakikat pengertian dan hikmahnya, tidak semata-mata dari syarat-rukunnya belaka, sebagaimana yang lazim dilakukan oleh kaum muslimin awam. Kiranya amat besar manfaatnya bila wejangan Imam

‘Ali Zainal ‘Abidin ra. kepada Asy-Syibliy direnungkan dan diamalkan oleh setiap muslim pada waktu menunaikan ibadah haji, agar dapat meraih keridaan Allah sebesar-besarnya.

Pada suatu hari setiba kembali Asy-Syibli dari Makkah menunaikan ibadah haji, ia memerlukan datang menghadap gurunya ( Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin ra.) untuk menyampaikan pengalaman-pengalamannya. Dalam pertemuan tersebut berlangsunglah dialog sebagai berikut :

4.10.13

Perjalanan Syaikh Ibn ‘Atha’illah as-Sakandari

BIOGRAFI Syaikh Ibn ‘Atha’illah as-Sakandari

 

Syaikh Ibn ‘Atha’illah as-Sakandari (w. 1309 M) hidup di Mesir di masa kekuasaan Dinasti Mameluk. Ia lahir di kota Alexandria (Iskandariyah), lalu pindah ke Kairo. Julukan Al-Iskandari atau As-Sakandari merujuk kota kelahirannya itu. Di kota inilah ia menghabiskan hidupnya dengan mengajar fikih mazhab Imam Maliki di berbagai lembaga intelektual, antara lain Masjid Al-Azhar. Di waktu yang sama dia juga dikenal luas dibidang tasawuf sebagai seorang “master” (syeikh) besar ketiga di lingkungan tarekat sufi Syadziliyah ini.

----------------------------------------------

Sejak kecil, Ibnu Atha’illah dikenal gemar belajar. Ia menimba ilmu dari beberapa syekh secara bertahap. Gurunya yang paling dekat adalah Abu Al-Abbas Ahmad ibnu Ali Al-Anshari Al-Mursi, murid dari Abu Al-Hasan Al-Syadzili, pendiri tarikat Al-Syadzili. Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai Mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus tokoh tarikat Al-Syadzili.

Adab Berdzikir Dalam Thariqat


 

Untuk melaksanakan dzikir didalam thariqoh ada tata krama yang harus diperhatikan, yakni adab berdzikir. Semua bentuk ibadah bila tidak menggunakan tata krama atau adab, maka akan sedikit sekali faedahnya. Dalam kitab Al-Mafakhir Al-’Aliyah fi al-Ma-atsir Asy-Syadzaliyah disebutkan, pada pasal Adab adz-Dzikr, sebagaimana dituturkan oleh Asy-Sya’roni, bahwa adab berdzikir itu banyak tetapi dapat dikelompokkan menjadi 20 (dua puluh), yang terbagi menjadi tiga bagian; 5 (lima) adab dilakukan sebelum bedzikir, 12 (dua belas) adab dilakukan pada saat berdzikir, 2(dua) adab dilakukan setelah selesai berdzikir.

Adapun 5 (lima ) adab yang harus diperhatikan sebelum berdzikir adalah;

1. Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara yang tidak berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau keinginan.

2. Mandi dan atau wudlu.

3. Diam dan tenang. Hal ini dilakukan agar di dalam dzikir nanti dia dapat memperoleh shidq, artinya hatinya dapat terpusat pada bacaan Allah yang kemudian dibarengi dengan lisannya yang mengucapkan Lailaaha illallah.

4. Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakan dzikir terhadap himmah syaikh atau guru mursyidnya.

5. Menyakini bahwa dzikir thariqoh yang didapat dari syaikhnya adalah dzikir yang didapat dari Rasulullah Saw, karena syaikhnya adalah naib (pengganti ) dari beliau.

Sedangkan 12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir adalah;

Macam – Macam Hati (nasehat habib Abdullah bin Alwi Al-haddad)


Macam – Macam Hati (nasehat habib Abdullah bin Alwi Al-haddad)

Sebaik-baiknya hati adalah yang bersih suci dari keburukan, yang tunduk kepada yang haaq (kebenaran) dan petunjuk yang diliputi kebaikan. Di dalam Hadits dikatakan,

Hati itu ada 4 macam :

1. Hati yang tidak berselaput, di dalamnya terdapat pelita yang menerangi. Ini hati orang mukmin.

2. Hati yang hitam tak tentu tempatnya. Ini hati orang kafir.

3. Hati yang terbelenggu diatas kulitnya. Ini hati orang munafik.

4. Hati yang mendatar, padanya terdapat iman dan nifaq (kemunafikan).


Perumpamaan iman yang meliputinya seperti batang tumbuhan yang disirami air tawar. Sedangkan perumpamaan nifaq seperti setumpuk kudis yang diselaputi nanah dan darah busuk. Maka yang mana di antara keduanya berkuasa, kesitulah hati tertarik.

3.10.13

Kumpulan ceramah Habib Novel bin Muhammad Alaydrus

 
Kajian Islam Habib Novel bin Muhammad Alaydrus (2012)
Download Kumpulan Ceramah Format MP3 Habib Novel .
Sumber Link http://archive.org/details/KajianIslamHabibNovelBinMuhammadAlaydrus


صَلَّى عَلَيكَ الله
3.7 MB
[03 OKTOBER 2012] :: Keutamaan Mencari Ilmu 10.0 MB
[10 OKTOBER 2012] :: Kemuliaan Orang Yang Mencari Ilmu 9.7 MB
[21 Muharram 1434 H] :: Akhlaq Orang-Orang Shaleh Terdahulu 5.6 MB
[28 Muharram 1434 H] :: Manakib dan Sedikit Nasehat Syeikh Abdul Qodir al-Jilani 14.3 MB

Agama Adalah Nasehat (Part 1)14.1 MB
Agama Adalah Nasehat (Part 2) 16.0 MB
Agama Adalah Nasehat (Part 3) 15.9 MB

Hikmah Qurban Idul Adha 15.2 MB
Hakekat Kalimat Laa Ilaha Illa Allah (Bagian 1) 14.8 MB
Hakekat Kalimat Laa Ilaha Illa Allah (Bagian 2) 20.4 MB

Mendirikan Shalat 13.0 MB
Sahabat Abu Hurairah (Bagian 1) 11.7 MB
Sahabat Abu Hurairah (Bagian 2) 17.1 MB
Perjalanan Menuju Allah SWT 26.8 MB
Fadilah Dzikir dan Istighfar 13.3 MB
Sujudnya Malaikat Kepada Nabi Adam AS 13.8 MB
Kembali Kepada Ulama 24.3 MB
Makanan Yang Baik 31.3 MB
Kebesaran Baginda Rasulullah SAW 15.8 MB
Kemuliaan Nabi Muhammad SAW 24.8 MB
Shalawat Nabi SAW (Bagian1) 11.9 MB
Shalawat Nabi SAW (Bagian 2) 16.3 MB

Riwayat Singkat Mbah Kholil Bangkalan


 

Hari Selasa tanggal 11 Jumadil Akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M, Abdul Lathif seorang Kyai di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, ujung Barat Pulau Madura, Jawa Timur, merasakan kegembiraan yang teramat sangat. Karena hari itu, dari rahim istrinya lahir seorang anak laki-laki yang sehat, yang diberinya nama Muhammad Kholil, yang kelak akan terkenal dengan nama Mbah Kholil.

KH. Abdul Lathif sangat berharap agar anaknya di kemudian hari menjadi pemimpin umat, sebagaimana nenek moyangnya. Seusai mengadzani telinga kanan dan mengiqamati telinga kiri sang bayi, KH. Abdul Lathif memohon kepada Allah agar Dia mengabulkan permohonannya.

Mbah Kholil kecil berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, KH. Abdul Lathif, mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Lathif adalah Kyai Hamim, anak dari Kyai Abdul Karim. Yang disebut terakhir ini adalah anak dari Kyai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman adalah cucu Sunan Gunung Jati. Maka tak salah kalau KH. Abdul Lathif mendambakan anaknya kelak bisa mengikuti jejak Sunan Gunung Jati karena memang dia masih terhitung keturunannya.

Oleh ayahnya, ia dididik dengan sangat ketat. Mbah Kholil kecil memang menunjukkan bakat yang istimewa, kehausannya akan ilmu, terutama ilmu Fiqh dan nahwu, sangat luar biasa. Bahkan ia sudah hafal dengan baik Nazham Alfiyah Ibnu Malik (seribu bait ilmu Nahwu) sejak usia muda. Untuk memenuhi harapan dan juga kehausannya mengenai ilmu Fiqh dan ilmu yang lainnya, maka orang tua Mbah Kholil kecil mengirimnya ke berbagai pesantren untuk menimba ilmu.

Perjalanan Syaikh Muhammad Amin Al Kurdi


 

Muhammad Amin al-Kurdi ( Perintis Thariqah al-Naqsabandiyah Mesir) 
Muhammad Amin al-Kurdi adalah seorang sufi besar yang hidup pada pertengahan abad ke tiga belas hijriah. Ia lahir di kota Irbil dekat kota Mosul. Irbil adalah salah satu kota di Irak.

Muhammad Amin dan bimbingan tasawuf

Muhammad Amin kecil tumbuh di bawah asuhan ayahnya sendiri yang bernama Syaikh al-'ârif billah Fathullah. Fathullah adalah seorang ulama tasawwuf yang berpegang pada Thariqah Qâdiriyyah. Bahkan beliau adalah seorang mursyid dari Thariqah yang dinisbat-kan kepada Syaikh Abd al-Qadir al-Jailâni itu. Dari ayahnya itulah Muhammad Amin belajar Alquran dan ilmu-ilmu lainnya. Setelah menimba ilmu dari ayahnya, ia lantas berguru pada seorang Syaikh dari Thariqah Naqsabandiyyah yang bernama Syaikh al-'ârif billah Umar.

Dalam bimbingan Syaikh Umar, Muhammad Amin selama bertahun-tahun sangat menjaga adab, sopan-santun dan tata krama dalam berkhidmah mencari ilmu. Di samping itu ia juga senantiasa ber-mujahadah untuk membersihkan dan menjaga hati dari segala penyakit serta menghiasinya dengan akhlak yang mulia sehingga beliau mendapat anugerah dari Allah yang tiada kira. Karena syarat dalam menuntut ilmu tasawwuf akan terpenuhi, jika ada mursyid yang ma'rifat dan kesiapan diri, dalam arti selalu ber-mujâhadah dan patuh terhadap perintah mursyid. Amin muda juga dipercaya oleh gurunya sebagai mursyid Thariqah al-Naqshabandiyah. Namun kemudian ia minta izin untuk berkhalwat dan ziarah ke makam para ulama yang salih.

Riwayat KH.Abdul Hamid ( Kiyai Hamid Pasuruan )

  


KH. Abdul hamid  bin Abdullah bin Umar Basyaiban BaAlawi  Lahir pada tahun 1333 H, di Desa Sumber Girang, Lasem, Rembang, Jawa Tengah.Wafat 25 Desember 1985. Pendidikan: Pesantren Talangsari, Jember; Pesantren Kasingan, Rembang, Jateng; Pesantren Termas, Pacitan, Jatim. Pengabdian: pengasuh Pesantren Salafiyah, Pasuruan

Kesabarannya memang diakui tidak hanya oleh para santri, tapi juga oleh keluarga dan masyarakat serta umat islam yang pernah mengenalnya. Sangat jarang ia marah, baik kepada santri maupun kepada anak dan istrinya. Kesabaran Kiai Hamid di hari tua, khususnya setelah menikah, sebenarnya kontras dengan sifat kerasnya di masa muda.

“Kiai Hamid dulu sangat keras,” kata Kiai Hasan Abdillah. Kiai Hamid lahir di Sumber Girang, sebuah desa di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, pada tahun 1333 H. Ia adalah anak ketiga dari tujuh belas bersaudara, lima di antaranya saudara seibu. Kini, di antara ke 12 saudara kandungnya, tinggal dua orang yang masih hidup, yaitu Kiai Abdur Rahim, Lasem, dan Halimah. Sedang dari lima saudara seibunya, tiga orang masih hidup, yaitu Marhamah, Maimanah dan Nashriyah, ketiganya di Pasuruan. Hamid dibesarkan di tengah keluarga santri. Ayahnya, Kiai umar, adaiah seorang ulama di Lasem, dan ibunya adalah anak Kiai Shiddiq, juga ulama di Lasem dan meninggal di Jember, Jawa Timur.

2.10.13

Kisah Nabi Musa & Dua Buah Botol


 

Kisah Nabi Musa A.S. dan Dua Malaikat 
Ibn Kathir meriwayatkan kisah ini dalam tafsir ayat Kursi. Ada beberapa orang Yahudi yang mendatangi Musa A.S. dan bertanya kepadanya “Wahai Musa, apakah Allah butuh tidur?” Tapi Musa A.S. tidak dapat menjawabnya.

Lalu Musa A.S. melanjutkan dakwahnya pada hari itu. Dia menyerukan kepada orang-orang agar menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Setelah selesai berdakwah selama seharian, kemudian dua malaikat mendatangi Musa A.S. Mereka memberikan Musa dua buah botol kaca.

Mereka berkata “Malam ini kau harus terjaga sepanjang malam sembari memegang dua botol kaca ini. Kau tidak boleh melepaskannya.”

Jadi Musa mengambil botolnya dan memegangnya. Karena telah berdakwah selama seharian, maka dia merasa capek. Kemudian sebagian malam berlalu dan dia semakin letih, matanya terasa berat dan tubuhnya makin lemah. Malam semakin larut dan rasa kantuknya tidak tertahankan lagi sehingga tanpa sadar Musa A.S. tertidur. Lepaslah kedua botol kaca itu dari genggamannya. Kedua botol itu menghantam lantai dan pecah.

Seketika, merasa kagetlah Musa A.S. karena suara pecahnya botol itu sehingga dia terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba kedua malaikat itu datang kembali kepada Musa dan berkata “Ya Musa, jika Allah Azza wa Jalla tertidur sedetik saja, maka langit akan menimpa bumi bagaikan botol kaca ini pecah ke lantai.”

Kisah Batu Berlari di Zaman Nabi Musa

 
Kisah mengenai hidupnya benda mati juga terjadi pada masa kenabian Musa. Jika Rasulullah berinteraksi dengan pohon, Musa pun memiliki pengalaman dengan sebuah batu. Kisah ini terjadi di masa Israiliyat.

Dahulu kala, Bani Israil biasa mandi di sungai tanpa pakaian. Mereka tak malu meski saling melihat satu sama lain. Tapi, kebiasaan itu tak disukai Nabiyullah Musa. Setiap kali mandi, Musa selalu menyendiri dan enggan mandi bersama.

Bukan Bani Israil jika tak memiliki sifat membangkang. Sikap mulia Nabi Musa tersebut justru dipertanyakan mereka. Meski Musa merupakan nabi yang patut diyakini dan dihormati, Bani Israil justru mencelanya. Mereka menyebarkan gosip bahwa Musa memiliki cacat badan hingga enggan mandi bersama. Nabi Musa yang terbiasa sabar menghadapi umatnya pun hanya diam membisu. Ia enggan meladeni gosip murahan Bani Israil. Tapi, Allah enggan membiarkan utusan-Nya dicela.

Pohon Kurma Menangisi Rasulullah Saw


 

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari ketika batang pohon kurma ditinggal oleh Sang Nabi yang biasa bersandar padanya disaat berkhutbah maka saat itu batang pohon kurma itu menjerit dengan jeritan yang menyayat hati.

Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Baari bi Syarah Shahih Bukhari bahwa jeritan dan tangisan pohon kurma itu terdengar bagaikan jeritan sang bayi yang ditinggal oleh ibunya dan Sang Nabi turun dari mimbar, mendatangi pohon kurma itu dan memeluknya, batang pohon itu dipeluk dan setelah itu tangisnya pun mereda bagaikan bayi ketika dipeluk oleh ibunya dan tersendat – sendat, terisak – isak nafasnya menahan tangis karena telah ditenangkan oleh ibunya sampai perlahan – lahan suara tangisnya semakin pelan dan terdiam.

Bagaikan bayi yang kehilangan ibunya dan di peluk dan didekap oleh ibunya sampai masih terisak - isak sesaat kemudian tangisnya terdiam.

Demikian keadaan batang pohon kurma, cinta dan tangisnya karena Nabiyyuna Muhammad Saw berpisah dengannya. Biasa Sang Nabi bersandar padanya setiap khutbah, sekali waktu beliau turun maka batang pohon kurma itu menangis. Dan Sang Nabi, wahai yang demikian indah dicipta oleh Allah sebagai raufurrahiim tidak pula mengecewakan daripada batang pohon kurma mencintainya, beliau turun dan memeluk batang pohon kurma itu dan menenangkannya.

Al Imam Ibn Hajar meriwayatkan salah satu hadits shahih menukil di dalam Fathul Baari bahwa Rasul berkata “seandainya aku tidak menenangkannya, ia akan terus menjerit hingga yaumil qiyamah dengan tangisnya yang didengar oleh jumlah sahabat yang muttawatir, lebih dari 80 sahabat yang mendengar jeritan dan tangis batang pohon kurma ini”.

Asma NABI SAW Dalam Dalail Khoirot

 
Dalam kitab Dalail Khairot, terdapat nama-nama Rasulullah Shollahhu 'Alaihi Wassalam

  1. Muhammad : Yang Sangat Terpuji (surah 3:144, 33:40, 47:2, 48:29)
  2. Ahmad : Yang plaing agung puja dan pujinya kepada Allah (surah 61:6)
  3. Hamid : Yang Memuji
  4. Mahmud : Yang Terpuji
  5. Qasim : Yang Membagi (sebenarnya Abul Qasim, Ayah Qasim, yang merupakan kunyah (julukan atau panggilan yang lazim untuk Nabi), beliau juga dipanggil Abu Ibrahim (nama kedua putra Nabi yang juga wafat saat kanak kanak)
  6. ‘Aqib : Yang Mengikuti, Yang Terakhir, sesudahnya tidak akan ada Nabi lagi
  7. Fatih : Yang Membuka, Yang Menaklukkan
  8. Syahid : Saksi (Surah 33:45)
  9. Hasyir : Yang Pertama dibangkitkan dari kubur dan Mengumpulkan Manusia (pada Hari Kiamat) di Padang Masyar
  10. Rasyid : Yang Terbimbing (surah 11:78)
  11. Masyhud : Yang Tersaksikan
  12. Basyir : Pembawa Kabar kabar Baik (surah 7:88)
  13. Nadzir : Pemberi Peringatan (surah 33:45 dan sering)
  14. Da’i : Penyeru (surah 33:46)
  15. Syafi : Yang Menyembuhkan
  16. Hadi : Yang Memandu ke Kebenaran (surah 13:7)

1.10.13

Pesan Dan Wasiat Habib Munzir Al Musawa

Pesan Dan Wasiat Habib Munzir Al Musawa ( Allahumaghfirlahu )
Sebelum Beliau wafat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Berikut ini kami sampaikan pesan dari Habib Munzir Almusawa yang kami dapat dari kawan-kawan pecinta Majelis Rasulullah.

PESAN & WASIAT HABIB MUNZIR (mohon dibaca & mohon doanya)
Bagikan
Kemarin jam 18:07
Wasiat Dan Pesan Habibana
Hari ini jam 9:40
Forwardkan pada kekasih kekasihku di milis..

Malam ini aku tersandar di pembaringan dan terpaku bertafakkur…, airmata terus mengalir, alangkah lemahnya hamba ini menghadapi gelombak ombak…
Dihadapanku acara esok malam di monas, sedangkan acara malam minggu membuat dadaku pecah, ketika sakit dikepala belakangku kambuh, dan sakitnya terasa seluruh urat panas membara sampai ke kuku dan tulang… dan puncak sakitnya adalah di kepala bagian belakang…
Malam minggu biasanya kutemui 15-20 ribu muslimin, namun tubuh yg sudah rapuh ini terus merangkak menuju majelis yg kukira akan menemui jamaah yg lebih banyak..
Ternyata yg kutemui hanya sekitar 300 orang saja, serasa meledak dadaku karena sedih dan menahan sakit, ingin rasanya kujatuhkan tubuhku dipangggung dan terserah apa yg akan terjadi..
Dg tubuh yg terus menahan sakit aku bertahan, mataku nanar dan panas, wajah dan telinga serasa menjadi tebal bagai ditampar berkali kali.. keluhan sakit adalah sebab peradangan otak yg terus menjadi jadi
Aku terus menoleh kekiri dan kanan, berharap para kekasihku datang berbondong bondong meramaikan acara, namun hanya beberapa puluh saja duduk di shaf, dan sisanya belasan orang berdiri disekitar panggung…, gelombang jamaah tidak tiba juga, tak lama tiba konvoi pun mungkin hanya 50 orang saja
Aku terhenyak, kepalaku semakin sakit, seluruh tubuhku seakan berteriak kesakitan tak kuasa menahan sakitnya.. Allah.. Allah,..Allah… wahai tubuh penuh dosa kau harus bertahan…

SHOLAWAT KUBRO IMAM AHMAD AL-BADAWY RA

 
SHOLAWAT KUBRO AL-IMAM AHMAD AL-BADAWY RA

بسم الله الرّحمن الرّحيم

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِ نَا وَمَوْلَانَامُحَمَّدٍ شَجَرَةِ اْلأَصْلِ النُّوْرَانِيَّةِ ، وَلَمْعَةِ اْلقَبْضَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ ، وَأَفْضَلِ اْلخَلِيْقَةِ اْلاِنْسَانِيَّةِ ، وَاَشْرَفِ الصُّوْرَةِ اْلجَسْمَانِيَّةِ ، وَمَعْدَ نِ اْلأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ ، وَخَزَائِنِ اْلعُلُوْمِ اْلاِصْطِفَانِيَّةِ ، صَاحِبِ اْلقَبْضَةِ اْلأَصْلِيَّةِ ، وَاْلبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ ، وَالرُّتْبَةِ اْلعَلِيَّةِ ، مِنْ اِنْدِ رَجَتِ النَّبِيُّوْنَ تَحْتَ لِوَائِهِ فَهُمْ مِنْهُ وَإِلَيْهِ ، وَصَلِّى وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ عَدَدَ مَا خَلَقْتَ وَرَزَقْتَ وَأَمَتَ وَاَحْيَيْتَ إِلَى يَوْمَ تُبْعَثُ مَنْ أَفَنَيْتَ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اَلعَالَمِيْنَ


ALLAHUMMA SHALLI WASALLIM WABAARIK 'ALA SAYYIDINA WAMAULAANA MUHAMMADIN SYAJARATIL ASHLINUURANNIYYAH WALAM'ATIL QABDLATIRRAHMANIYYATI, WA AFDLALIL KHALIQATIL INSANIYYATI WAASYRAFISH SHUURATIL JASMANIYYATI, WAMA'DANILASRAARIR RABBAANIYYATI, WAKHAZAAINIL 'ULUUMIT ISHTHAFAAIYYATI. SHAAHIBIL QABDHATIL ASHLIYYATI. WALBAHJATISSANIYYATI WARRUTBATIL 'ALIYYATI MANINDARAJATIN NABIYYUNA TAHTA LWAAIHII. FAHUMMINHU WAILAIHI. WASHALLI WASALLIM WABAARIK 'ALAIHI WA'ALAA 'ALIHII WASHAHBIHI 'ADADAMAA KHALAQTA WARAZAQTA WAAMATTA WAAHYAITA ILAA YAUMI YUB'ATSU MAN AFNAITA, WASALLIM TASLIIMAN KATSIIRAA WALHAMDU LILLAAHI RABBIL 'AALAMIIN.