27.9.13

Allah Menjaga Kesucian Asal usul Rasulullah Saw

Seorang mukmin yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. sebagai tuhannya dan kepada Muhammad Rasulullah SAW. sebagai nabinya dan beriman kepada Al-Quran sebagai kitab Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. serta beriman bahwa hari pengadilan akan dilaksanakan kelak, dia akan mengagungkan Rasulullah Muhammad SAW. sebagaimana Allah SWT. mengagungkan di dalam Kitab-Nya:

وَإِنَّكَ لعلى خُلُقٍ عَظِيمٍ .

4. dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qalam).

Dan dia tidak akan mengatakan sesuatu yang sekiranya akan menyakiti Rasulullah SAW., karena hal itu dilarang oleh Allah SWT.:

إنَّ الذين يؤذون اللهَ ورسولَه لعنهُمُ اللهُ في الدنيا والآخرة وأعدَّ لهم عذاباً مُهيناً.

57. Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. (QS. Al-Ahzab).

Makna “menyakiti” di atas mencakup semua jenis hal, perkataan, tindakan yang sekiranya menyakiti Rasulullah SAW., baik di masa hidup beliau maupun setelah wafat beliau, berdasarkan penggunaan bentuk kata kerja mudhari’, dan tanpa adanya suatu pengecualian, dan tak terkecuali siapapun, baik dia seorang muslim maupun non-muslim.


Seorang mukmin mengetahui benar jasa Rasulullah SAW. atas dirinya, perjuangan beliau dalam menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT. sehingga sampai kepada kita sekarang ini. Dia akan meghormati, mencintai, bahkan kecintaannya kepada beliau lebih dari kecintaan kepada dirinya, anaknya dan kedua orang tuanya, sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah SAW.:

لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده ووالده والناس أجمعين.
Tidaklah seseorang dari kalian beriman (secara sempurna) sampai dia mencintaiku lebih dari kecintaannya pada anaknya, orangtuanya dan seluruh manusia. (HR. Al-Bukhari).

Dan di dalam riwayat lainnya: dari dirinya.

Seorang mukmin akan taat mengikuti perintah dan pernyataan Allah serta Rasulullah. Dia akan menghormati dan memuja Rasulullah sesuai dengan haknya. Apakah pengekspresian pujaan atas Rasulullah SAW. suatu yang dilarang di dalam agama? Sama sekali tidak. Ini Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma memuja Rasulullah di hadapan beliau langsung, yang tengah dikelilingi oleh para Sahabat dari Muhajirin dan Anshar ra., di dalam qashidahnya yang terdiri dari 55 bait yang masyhur yang  memiliki prolog sebagai berikut:

بانت سعادُ فقلبي اليوم متبولُ      متــيـَّم إثـرها لم يفدَ مكبـولُ
Dan ini Abbas bin Abdulmuththalib ra., berkata kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah! Saya ingin memberikan pujian kepadamu. Rasulullah menjawab: Katakanlah! Allah mengekalkan gigi-gigimu! (doa). Kemudian Abbas ra. Mengalunkan qashidahnya yang awalnya berbunyi:

من قبلها طبتَ في الظلال وفي    مستودع حيث يخصف الورقُ
ثم هبطتَ البلاد لا بشر             أنت ولا مضغة ولا علقُ
Demikian kemudian ulama-ulama umat Islam berlomba menyusun pujian-pujian untuk Rasulullah SAW., Nabi Allah yang terakhir, Penutup para Nabi, Nabi yang Suci yang berasal dari asal-usul yang Allah jaga kesuciannya sejak dari Nabi Adam as.

وتَقَلُّبَكَ في السَّـجدين.

219. dan perubahan serta perpindahanmu di antara orang-orang yang sujud. (QS. Asy-Syu’araa).

Ibn Abbas ra. Mengatakan, dalam menafsirkan ayat di atas: dari punggung seorang nabi ke punggung seorang nabi lainnya sampai kemudian kau menjadi nabi. (HR. Bazzar dan Thabrani, semua perawinya tsiqat).

Dan dari ‘Atha bahwa Nabi Allah (Muhammad) SAW. berpindah-pindah dari satu punggung nabi ke punggung nabi lainnya sampai dilahirkan oleh bunda beliau. (HR. Abu Nu’aim, Dalail An-Nubuwwah).

Dari Abu Hurairah ra. Berkata Rasulullah SAW.: Aku diutus berasal dari generasi-generasi terbaik bani Adam, sampai pada generasi di mana aku dilahirkan di dalamnya. (HR. Bukhari).

Waatsilah bin Al-Asqa’ berkata, berkata Rasulullah SAW.: Allah SWT memilih dari anak-anaknya Ibrahim Ismail, dan memilih Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih dari Kinanah Quraisy, dan memilih dari Quraisy Bani Hasyim, dan memilihku dari Bani Hasyim. (HR. Muslim dan Tirmidzi, dan Tirmidzi menyatakannya sebagai hadits shahih).

Banyak lagi hadits-hadits yang menyatakan kemuliaan dan kesucian asal-usul Rasulullah SAW dan yang menyatakan bahwa tidak seorang nenek beliau pun yang merupakan wanita yang hina.

Dari Abu Hurairah ra. Berkata Rasulullah SAW.: tidak seorang wanitapun  yang melahirkanku merupakan wanita yang hina sejak dari punggung Adam as., dan senantiasa aku berpindah dari generasi ke generasi sampai aku tiba di dua kabilah Arab yang termulia: Hasyim dan Zuhrah. (HR. Ibn ‘Asaakir).

Anas ra. Meriwayatkan, berkata Rasulullah SAW.: Aku adalah yang termulia, baik dari nasab ayah, dan juga dari nasab ibu, serta yang termulia dalam jalinan perkawinan, tidak seorangpun dari ayah-ayahku dan ibu-ibuku sejak dari Adam as. yang berasal dari sifah (pernikahan tidak sah), semuanya berasal dari nikah yang sah. (HR. Ibn Mardawaih).

Hadits-hadits sejenis diriwayatkan pula oleh Thabrani, Abu Nu’aim, Ibn Sa’ad, Ibn ‘Asaakir, dan lain-lain.

Dan jelas sekali dari hadits-hadits di atas dan dari ayat Quran bahwa datuk-datuk dan nenek-nenek Rasulullah SAW. sangat Allah jaga keimanan mereka dan tauhid mereka, karena tidak ada yang lebih hina dan lebih rendah daripada kemusyrikan.

Dan karena Allah SWT. tidak pernah membiarkan bumi ini kosong dari orang-orang yang bertauhid kepada-Nya di setiap generasi anak Adam as., maka kita bisa menyimpulkan bahwa di dalam golongan yang selalu bertauhid itulah Rasulullah SAW. dijaga oleh Allah SAW. sampai kepada ayah dan bunda beliau SAW. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abdurrazzaq di “Al-Mushannaf” dengan sanad shahih berdasarkan syarat Bukhari rh. dan Muslim rh. Dari Ali bin Abi Thalib ra. Berkata: Senantiasa ada di atas muka bumi tujuh muslim atau lebih, dan seandainya sudah tidak ada, maka niscaya hancur bumi ini dan segala sesuatu di atasnya. Baca juga kitab “Majma’u Az-Zawaid wa Manba’u Al-Fawaid, Al-Haitsami, juz 10 hal. 62.

Berkata Ar-Razi rh., sewaktu berbicara tentang makna QS. Asy-Syu’araa ayat 219 di kitabnya “Asraaru-t-Tanziil”: Bahwa beliau (Rasulullah) dipindah-pindahkan cahayanya dari seorang ahli sujud ke ahli sujud lainnya…maka makna ayat bahwa semua orang tua Rasulullah SAW. semua muslimin, sebagaimana hadits SAW.: Sesungguhnya aku dipindahkan dari punggung orang-orang yang suci ke rahim wanita-wanita yang suci, sedangkan ayat menyatakan: Sesungguhnya kaum musyrikin itu najis (kotor), maka kesimpulannya pastilah tidak ada seorangpun dari asal-usul Rasulullah SAW. yang musyrik.

Dari ayah beliau, Abdullah, dan ibundanya, Aminah Az-Zuhriyyah, sampai nabi Adam as. terjaga ketauhidannya.

Abdullah, ayahanda Rasulullah SAW., putra dari Abdulmuththalib yang Rasulullah banggakan di dalam bait yang diucapkan beliau di salah satu peperangannya:

أنا النبيُّ لا كذب          أنا ابن عبد المطلب
Abdullah sewaktu hidupnya sangat menjaga kesuciannya, dan dia terkenal dengan ucapannya:

أما الحــــــــــــــرامُ فالممات دُونَهُ     والحِلُّ لا حلَّ فأستبينـَـــــــــــــهُ
فكيف بالأمرِ الذي تبغينَهُ           يحمي الكريمُ عِرضه ودِينَهُ
Artinya:  Adapun hal-hal yang haram maka kematian di hadapannya
Dan yang halal tidaklah halal sampai aku melihat kejelasannya
Bagaimana dengan hal yang kau inginkan?
Seorang yang mulia melindungi kesucian dan agamanya.

Dia mengatakan bait syiir tersebut sewaktu seorang wanita menawarkan dirinya kepadanya.

Abdullah wafat setelah menikahi Aminah binti Wahb. Dan dalam perjalanannya ke rumah Aminah, sebagaimana di kitab-kitab sejarah, terlihat cahaya yang jelas di wajah Abdullah sehingga beberapa wanita menawarkan dirinya kepadanya untuk menikahinya atau ada yang langsung menghendakinya saat itu juga, sehingga Abdullah melontarkan secara spontan bait-bait di atas. Dan setelah pernikahannya dengan Aminah, lenyap cahaya yang tadi bersinar jelas di wajahnya dan berpindah ke Aminah binti Wahb, berdasarkan penyaksian saudara wanita dari Waraqah  bin Naufal yang mempelajari kitab-kitab suci dan mengikut ajaran nabi Isa as., dan kemudian beriman kepada Rasulullah SAW. sebelum kenabian beliau SAW.

Dan Sayyidah Aminah-pun mengandung Rasulullah SAW. dan dia sewaktu mengandungnya seringkali didatangi dan dikabari bahwa dia mengandung manusia termulia dan pemimpin semesta alam, dan memerintahkannya memberi nama Ahmad atau Muhammad dan memerintahkan membaca:

أعيذه بالواحد             من شر كل حاسد
وكل خلق زائد             من قائم وقـــــــــــــا عد
عن السبيل حائد          على الفساد جاهد
من نافث أو عاقد         وكل خلق مارد
يأخذ بالمراصد            في طرق الموارد
Artinya:
Aku melindunginya dengan Yang Maha Esa (Allah)                        dari kejahatan setiap pendengki
Dan setiap makhluk lainnya                                                                dari setiap yang berdiri dan yang duduk
Dan dari yang tersesat dari jalan yang lurus                                    yang berusaha melakukan kerusakan
Dari setiap penyihir dan dukun                                                         dari setiap syaithan pembangkang
Yang selalu mengawasi                                                                        di setiap jalan (manusia)

Dan juga Sayyidah Aminah senantiasa mengucapkan doa: Aku memohon perlindungan kepada Allah Al-A’laa untuk mencegah mereka darinya (Rasulullah), dan memohon penjauhan dari mereka kepada Pemilik Pertolongan Tertinggi (Allah SWT.) dan di dalam serambi yang tak terlihat, sesungguhnya Tangan (kekuatan) Allah di atas tangan-tangan mereka, dan hijab Allah di hadapan mereka, tidaklah mereka sanggup menimpakan madharat kepadanya tidak dalam keadaan dia terduduk, tidur, berjalan, dan menetap, dari setiap awal malam dan akhir siang.

Abdullah, ayahanda Rasulullah SAW. wafat sewaktu beliau di kandungan ibundanya, wafat di Yatsrib (Madinah Munawwarah) sewaktu dalam perjalanan dagang menuju Gaza.

Adapun kisah kelahiran beliau SAW. sangatlah makruf. Dimana ibundanya melihat cahaya yang keluar sewaktu melahirkan, dan melihat istana-istana di Bushra Syam, dan bagaimana bintang-bintang mendekat ke bumi seolah akan jatuh menimpanya, sebagaimana diriwayatkan oleh Umm Utsman bin Abi-l’Aash ra.

Baik. Sekarang bagaimana tentang Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rh. di dalam Shahihnya, dari riwayat Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas ra. bahwa seseorang berkata: Wahai Rasulullah, dimana ayahku? (Rasulullah) berkata: Di neraka. Sewaktu orang tersebut membalikkan badanya, Rasul memanggilnya dan berkata: Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka.

Berkata ulama tentang hadits tersebut, di antaranya Imam Suyuthi, bahwa hadits tersebut bukan merupakan yang muttafaq alaihi, dan berbeda dengan riwayat Ma’mar dari Tsabit yang tidak menyebutkan: Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka. Akan tetapi terusan hadits: Apabila kau melewati kuburan seorang kafir, kabarkan dia sebagai penghuni neraka. Dan lafaz riwayat Ma’mar ini tidak ada dilalah di dalamnya yang berkenaan dengan ayah atau bunda Rasulullah.

Kemudian Ma’mar lebih kuat dari Hammad. Sedangkan Hammad, para ahli hadits berbicara soal kualitas hafalannya, dan terdapat darinya hadits-hadits munkar yang kemungkinan diselipkan di bukunya. Karena faktor ini, maka Imam Bukhari rh. tidak meriwayatkan dari Hammad bin Salamah, dan begitu juga Muslim tidak meriwayatkan darinya di Ushul kecuali dari riwayat Tsabit. Demikian juga pendapat Al-Hakim di dalam Al-Madkhal.

Dan hadits-hadits yang serupa dengan yang diriwayatkan oleh Ma’mar, diriwayatkan juga oleh Bazzar, Thabrani, Baihaqi dari Ibrahim bin Sa’ad dai Zuhri dari ‘Amir bin Sa’ad dari ayahnya bahwa seorang badui Arab berkata kepada Rasulullah SAW.: Dimana ayahku? Rasul berkata: di neraka. Kemudian badui itu berkata pula: Dimana ayahmu? Rasul berkata: Apabila kau melewati kuburan seorang kafir, kabarkan dia sebagai penghuni neraka. Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ibn Majah.

Bahkan di sana terdapat hadits yang lebih jelas, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Hakim di Mustadraknya, dan menyatakan bahwa hadits itu shahih, dari Luqaith bin ‘Amir, yang ringkasnya bahwa badui tersebut hendak menanyakan: Dimana ayahmu? Tapi kemudian dia mengubah lafaznya ke yang lebih sopan: Dimana keluargamu  wahai Rasulullah? Rasul menjawab: Apabila kau lewat kubur seorang Quraisy atau ‘Amiri yang musyrik, maka katakan: Muhammad mengutusku untuk mengabarimu hal yang menyakitimu. Ini adalah riwayat yang paling jelas di antara riwayat-riwayat yang lain.

Kalaupun kita asumsikan, kesepakatan riwayat hadits dengan lafaz yang pertama, tetapi kaedah di ushul menyatakan apabila sebuah hadits, walaupun itu hadits shahih akan tetapi berbenturan dengan adillah yang lain yang lebih kuat, maka dilakukan takwil atas hadits tersebut.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rh., kita menerimanya dan menjunjungnya sebagai hadits shahih, akan tetapi isi haditsnya, sebagaimana hadits tentang ayahanda Mushthafa SAW., memerlukan takwil dan penafsiran. Hal-hal ini merupakan keahlian ahli-ahli hadits, di antaranya Imam Syafii rh. Contoh dari hal tersebut adalah dimana Imam Syafii rh. tidak memakai hadits yang diriwayatkan oleh Anas yang terdapat penafian pembacaan Basmalah. Imam Syafii mentaklilnya dengan menyatakan bahwa: Yang kuat dari sanad yang lain adalah tidak mendengarnya (pembacaan Basmalah). Sedangkan perawinya memahami tidak dibaca,  sehingga dia meriwayatkan dengan makna atas dasar pengertiannya, sehingga salah.

Begitu juga hadits Muslim terkait ayahanda Rasul SAW. dan juga yang berhubungan dengan ibunda Rasul SAW.

Adapun yang berkenaan dengan bunda Rasulullah SAW. Sayyidah Aminah bint Wahb Az-Zuhriyyah, diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Umm Samma’ahbint Abi Ruhm dari ibunya berkata: Aku menyaksikan Aminah di sakitnya yang dia wafat karenanya, dan Muhammad masih kecil berumur lima tahun berada di bagian kepala bundanya, Aminahpun memandang Muhammad dan berkata:

بارك فيك الله من غلامِ             يا ابن الذي من حومة الحمامِ
نجا بعون الملِكِ المنعامِ            فُوديَ غداة الضرب بالسهامِ
بمائة من إبل سوامِ                  إن صحَّ ما أبصرتُ في منامِي
فأنتَ مبعوث إلى الأنامِ             من عند ذي الجلال والإكرامِ
تُبعث في الحل وفي الحرامِ        تبعث بالتحقيق والإسلامِ
دين أبيك البرِّ إبراهامِ               تبعث بالتخفيف والإسلامِ
أن لا تواليها مع الأقوامِ             فالله أنهاك عن الأصنامِ

Kemudian berkata: Setiap yang hidup mati, yang baru lapuk, yang tua lenyap, dan aku akan wafat dan namaku akan terus diingat, aku meninggalkan seorang yang mulia dan melahirkan yang suci.

Kisah ini menunjukkan bagaimana Sayyidah Aminah, bunda Rasulullah merupakan ahli tauhid, dimana beliau menyatakan agamanya sebagai yang diajarkan oleh nabi Ibrahim as., dan bahwa Muhammad diutus oleh Allah Dzul Jalali wal Ikram, dan mencegahnya dari berhala. Apa ada inti Tauhid selain ini???

Adapun ayat dan hadits pelarangan istighfar untuk musyrikin, telah dijelaskan oleh ahli hadits dan sirah bahwa ayat tersebut tidak berhubungan dengan orangtua Rasulullah SAW.

Di sana banyak lagi penjelasan berkaitan dengan ahli Fatrah, dan lainnya.

وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

Perangkum: Muhammad Ghazi.
Sumber: Al-Quran, Shahih Muslim, Shahih Bukhari, Majmau Zawaid, Subulul Huda war Rasyad fi Sirati Khairil Ibad, dll.


Sumber : http://www.rabithah-alawiyah.org/id/kesucian-asal-usul-rasulullah-saw/

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...