27.9.13

TAREKAT KHALWATIYAH


 
Nama khalwatiyah diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang makassar abad ke-17, syaikh yusuf al-makasari al-khalwati (tabarruk) terhadap Muhamad (Nur) al-khalwati al-khawa rizmi (w.751-1350). Sekarang terdapat dua cabang terpisah dari tarekat ini yang hadir bersama. Keduanya dikenal dengan nama tarekat khalwatiyah yusuf dan khalwatiyah samman.  Tarekat khalwatiyah yusuf disandarkan kepada nama syaikh yusuf al-makasari dan tarekat khalwatiyah samman diambil dari nama seorang sufi madinah abad ke-18 Muhamad al-samman. Tarekat khalwatiyah yusuf dalam berdzikir mewiridkan nama-nama tuhan dan kalimat-kalimat singkat lainnya secara sirr dalam hati, sedangkan tarekat khalwatiyah samman melakukan zikir dan wiridnya dengan suara keras dan ekstatik. Tarekat khalwatiyah samman sangat terpusat, semua gurunya tunduk kepada pimpinan pusat di maros, sedangkan tarekat khalwatiayh yusuf tidak mempunyai pimpinan pusat.  Cabang-cabang lokal tarekat khalwatiyah samman sering kali memiliki tempat ibadah sendiri (mushalla, langgar) dan cenderung mengisolasi diri dari pengikut tarekat lain, sementara pengikut khalwatiyah yusuf tidak mempuyai tempat ibadah khusus dan bebas bercampur dengan masyarakat yang tidak menjadi anggota tarekat, anggota tarekat khalwatiyah yusuf banyak berasal dari kalangan bangsawan makassar termasuk penguasa kerajaan gowa terakhir andi ijo sultan Muhamad abdul kadir aidid (berkuasa 1940-1960). Tarekat khalwatiyah samman lebih merakyat baik dalam hal gaya maupun komposisi sosial, sebagian besar pengikutnya orang desa.

Untuk mengetahui segala sesuatu tentang tarekat khalwatiyah, perlu diketahui sejarah singkat syaikh yusuf al-makasari, karena beliaulah yang pertamakali menyebarkan tarekat ini ke indonesia pata tahun 1670 M. al-makasari berguru dan mendapatkan ijazah dari syaikh abu al-albarakah ayyub bin ahmad bin ayyub al-khalwati al-quraisyi serta mendapat gelar taj al-khalwati sehingga namanya menjadi syaikh yusuf taj al-khalwati. Di sulawesi selatan beliau digelari tuanta salamakari gowa (guru kami yang agung dari gowa). Nama lengkapnya Muhamad yusuf bin abdullah abu mahasin al-taj al-khalwati al-makasari.
Dalam perjalanan kehidupannya al-makasari sempat belajar beberapa tarekat diantanya beliau sempat belajar tarekat qadiriyah dan mendapatkan ijazah langsung dari al-raniri kemudian belajar tareakt naqsyabandiyah dari Muhamad bin abd al-baqi al-mizjaji al-naqsyabandi (w. 1074 H/1664 M), al-makassari juga sempat belajar kepada syaikh maulana sayyid ali al-zabidi dan dari gurunya ini diduga al-makassari mendapat ijazah tarekat ba’alawiyah, kemudian dari mullah ibrahim beliau mendapatkan ajaran tarekat syattariyah dan yang terakhir al-makassari belajar kepada syaikh abu al-barakah ayyub bin ahmad bin ayyub al-khalwati al-quraisyi yang menggelari al-makassari dengan taj al-khalwati dan ia menerima ijazah tarekat khalwatiah.
  1. Ajarannya
Al-makassari adalah seorang ulama yang luar biasa, terutama adalah seorang sufi, juga seorang mujadid dalam sejarah islam nusantara. Tasaufnya tidak menjauhkan dari masalah-masalah keduniawian, ajaran dan amalan-amalannya menunjukkan aktivitas yang berjangkauan luas, ia banyak memainkan peranan dalam bidang politik di banten, bahkan memimpin perlawanan terhadap belanda setelah sultan ageng tirtayasa tertangkap.
Dalam bidang ilmiah al-makassari menulis karya-karyanya dalam bahasa arab yang sempurna. Hampir semua karyanya membicarakan tentang tasauf, kaitannya dengan ilmu kalam. Dalam mengembangkan ajarannya al-makassari sering mengutip sufi al-ghazali, junaidi al-baghdadi, ibnu al-arabi, al-jilli, ibnu atha’Allah, dan lain-lain.
Konsep utama tasawuf al-makassari adalah pemurnian kepercayaan (aqidah) pada keesaan Tuhan. Ini merupakan usahannya dalam menjelasan transendensi tuhan atas ciptaan-Nya, al-makassari menekankan keesaan tuhan, keesannya-Nya tidak terbatas dan mutlak. Tauhid adalah komponen penting dalam ajaran islam, yang tidak percaya pada tauhid menjadi kafir.
Meskipun berpegang teguh pada transendensi tuhan, al-makassari percaya tuhan itu mencakup segalanya (al-ahattah) dan ada di mana-mana  (al-ma’iyyah) atas ciptann-nya tetapi al-makassari berpendapat meski tuhan mengungkapkan dirinya dalam ciptaan-nya, hal itu tidak berarti bahwa ciptaan-Nya itu adalah tuhan itu sendiri, ssemua ciptaan adalah semata-mata wujud alegoris (al-mawjud al-majazi). Dengan demikian seperti al-alsingkili, ia percaya ciptaan hanyalah bayangan tuhan bukan tuhan itu sendiri. Menurut al-makassari “ungkapan” tuhan dalam ciptaan-Nya bukanlah berarti kehadiran “fisik” tuhan dalam diri mereka.
Dengan konsep al-ahathah dan al-ma’iyah tuhan turun (tanazzul), sementara manusia naik (taraqqi), suatu proses spiritual yang membawa keduanya semakin dekat. Namun proses itu tidak akan mengambil bentuk dalam kesatuan akhir antara manusia dan tuhan; sementara keduanya menjadi semakin dekat berhubungan dan pada akhirnya manusia tetap manusia dan tuhan tetap tuhan. Dengan demikian al-makassari kelihatan-nya menolak konsep wahdat al-wujud (kesatuan wujud) dan al-hulul (inkarnasi ilahi).
Tuhan tidak dapat diperbandingkan dengan apa pun (laisa ka mitslihi syai’). Beliau mengambil konsep konsep wahdat al-syuhud (kesatuan kesadaran atau monisme fenomenologis). Dengan hati-hati beliah merenggangkan diri dengan dokrin wahdat al-wujud ibnu-arabi dan doktrin al-hulul abu manshur al-hallaj serta mengambil doktrin wahdat al-syuhud yang dikembangkan ahmad al-sirhindi dan syah wali Allah.
Ciri yang paling menonjol dari teologi al-makassari mengenai keesaan tuhan adalah usahanya untuk mendamaikan sifat-sifat tuhan yang tampaknya saling bertentangan. Tuhan, misalnya, mempunyai sifat yang pertama (al-awwal) dan yang terakhir (al-akhir), sifat-sifat yang lahir (al-zhahir) dan yang batin (al-batin), yang memberi petunjuk (al-hadi) tetapi yjuga yang membiarkan manusia tersesat (al-mudhil). Semua sifat-sifat ini tampaknya saling bertentangan. Ini harus dipahami sesuai dengan keesaan tuhan sendiri. Jika menekankan yang satu dengan mengabaikan yang lain akan membawa kepada keyakinan dan amalan-malan yang salah. Hakikat tuhan adalah kesatuan dari pasangan sifat-sifat yang saling bertentangan itu dan tak seorang pun memahami rahasianya, kecuali mereka yang telah diberi pengetahuan oleh tuhan sendiri. Dalam teologinya al-makassari sangat patuh kepada doktrin asy’ariyah. Dalam hubungannya dengan keyakinan yang sempurna pada keseluruhan rukun iman beliau mengimbau kaum muslimin untuk sepenuhnya menerima makna yang mendua dari beberapa ayat al-Quran (al-ayat al-mutsyabihat).
Al-makassari membagi kaum beriman ke dalam empat kategori. Pertama, orang yang hanya mengucapkan syahadat (pernyataan iman) tanpa benar-benar beriman, dinamakan orang munafik. Kedua, orang yang mengucapkan syahadat dan menanamkannya dalam jiwa mereka dinamakan kaum beriman yang awam (al-mu’min al-awamm). Ketiga, orang yang beriman yang benar-benar menyadari implikasi lahir dan batin dari pernyataan keimanan dalam kehidupan mereka, dinamakn golongan elit (ahl-khawashsh). Keempat, adalah kategori tertinggi orang beriman yang keluar dari golongan ketiga dengan jalan mengintensifkan syadat mereka terutama dengan mengamalkan tasawuf dengan tujuan menjadi lebih dekat dengan tuhan, mereka dinamaka “yang terpilih dari golongan elit” (khashsh al-khawashsh).
Ajaran-ajaran dasar tarekat khalwatiyah
  1. Yaqza : kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah SWT. Yang maha agung.
  2. Taubah : memohon ampunan atas segala dosa.
  3. Muhasabah : introspeksi diri.
  4. Inabah : berhasarat kebali kepada Allah.
  5. Tafakkur: merenung tentang kebesaran Allah.
  6. I’tisam : selalu bertindak sebagai khalifah Allah di bumi.
  7. Firar : lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna
  8. Riyadah : melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya.
  9. Tasyakur: selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memuji-Nya.
  10. Sima’: mengonsentrasikan seluruh anggota tubuh dalam mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran.
Murid harus tawajjuh, yaitu murid bertemu dan menerima pelajaran-pelajaran dasar khusus dari guru secara berhadap-hadapan. Di sini mursyid mengajarkan juga zikir-zikir tertentu, silsilah diberikan, sesudah itu diadakan baiat, talkin. Tahap awal yang harus dilakukan seorang calon murid menjelah pembaiatan adalah harus mengadakan penyucian batin, sikap dan perilaku yang tidak baik seperti:
  1. Hasad: sikap dengki terhadap nikmat Allah yang diberikan kepada orang lain.
  2. Riya: mempertontonkan kekayaan atau amal supaya mendapat pujian dari orang lain.
  3. Ghibah: membicarakan orang lain yang bersifat celaan dan hinaan.
Sesudah suci batinnya diisi dengan sikap dan perilaku terpuji seperti:
  1. Husn al-zhan: berbaik sangka kepada Allah dan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya
  2. Husn al-khuluq: berakhlak baik terhadap Allah dan segala ciptaan-Nya
  3. Husn al-adab: bersopan santun terhadap Allah sebagai bukti taslim
Para anggota tarekat (murid) dibedakan menurut tingkatan-tingkatan (maqam-maqam) sebagai berikut:
  1. Maqam bidayah atau permulaan
Pada maqam ini ditempuh jalan akhyar (orang terbaik), yaitu cara untuk lebih melatih, untuk memperbaiki dan memperbanyak ibadah seperti shalat, shalat sunnat, puasa, membaca al-quran, zakat, naik haji, dan jihad. Pada maqam ini mulai diajarkan zikir nafi itsbat, yaitu kalimat la ilaha illa Allah dengan jumlah yang ditetapkan dalam latihannya (biasanya antara 10-100-300 kali setiap hari)
  1. maqam tawassut/khawashsh atau tingkat khusus
pada maqam ini ditempuh mujahadah, yaitu cara latihan batin yang keras untuk mengubah khlak menjadi islami dengan melipatgandakan amal lahir dan batin. Latihan dzikirnya ditambah lagi dengan zikir Allah-Allah dengan jumlah tertentu (biasanya antara 40-101-300 kali setiap hari)
  1. maqam nihayah atau al-khash al-khawashsh
maqam ini merupakan maqam ahli zikir, yaitu jalan bagi golongan yang sangat cinta kepada Allah dan merupakan golongan yang tertinggi, baik dari kesungguhan pelaksanaan syari’at maupun latihan-latihan jiwanya sehingga terbuka hijab antara hamba dan tuhannya. Ini berarti dia sudah tenggelam dan dekat sekali dengan tuhan. Latihan zikir yang diamalkan adalah zikir ism al-isyarah yaitu huwa-huwa dan ah-ah. Zikir ah-ah adalah zikir yang khusus diberikan dan diamalkan oleh syaikh mursyid atau murid tertentu yang terpilih.
  1. Silsilah tarekat khalwatiyah
Wasilah adalah mediasi melalui seorang pembimbing spiritual (mursyid) sebagai sesuatu yang sangat diperlukan demi kemajuan spiritual. Untuk sampai kepada perjumpaan dengan yang mutlak sesorang tidak hanya memerlukan bimbingan tetapi campur tangan aktif dari pihak pembimbing spiritualnya dan pra pendahulu sang pembimbing, termasuk yang paling penting nabi Muhamad. Inilah arti penting dari silsilah : ia menunjukkan rantai yang menghubungkan seseorang dengan nabi dan melalui beliau sampai ke tuhan. Oleh karena itu, bagian yang penting dalam pencarian spiritual adalah menemukan seorang mursyid yang dapat diandalkan. Seseorang harus mengikuti bimbingan sang guru tanpa syarat, patuh mutlak seperti mayat di tangan orang yang memandikan.
  1. Karya-karya al-makassari
Menurut azyumardi azra ada delapan di antara karya tulis al-makassari yang ditulis di ceylon, yaitu:
ü  Al-barakat al-saylaniyah
ü  Al-nafahat al-saylaniyah
ü  Al-manhat al-saylaniyah fi manhat al-rahmaniyah
ü  Kayfiyah al-mughni fi al sa’adat al-murid
ü  Habl al-warit li sa’adat al-murid
ü  Safinah a-najah
ü  Mathalib al-salikin
ü  Risalah al-ghayat al-ikhtishar wa al-nihayat al-intizhar


Sumber :

MENGENAL TAREKAT KHALWATIYAH

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...