23.9.13

Riwayat Sayyidi Syekh Ma'ruf al-Karkhi

Makam Syekh Ma'ruf al-Karkhi
بسم الله الرّ حمن الرّ حيم

اللهم صلى على محمد
Syaekh Ma'ruf Al Karkhi Merupakan Rujukan Sanad ( silsilah Bersambung ) Seluruh Tarekat Yang Tersebar Di seluruh Penjuru Dunia.
Syekh Ma'ruf al- Karkhi, dilahirkan di kota Karkh kemudian pindah ke Baghdad ibu kota negara Bani Abbasiyah. Karkh yang menurut sebagian pakar ahli sejarah merupakan bagian dari kota Baghdad dan menurut sebagian lagi mengatakan Karkh berada di luar kota Baghdad di sebelah Timur.

KISAH DAN TELADAN

Menurut sejarawan, kedua orang tuanya memeluk agama Nasrani [Kristen] dan menurut yang lain menganut agama Sabiah.
Diriwayatkan, bahwa ketika Ma'ruf al-Karkhi beranjak usia remaja ia sangat menentang ajaran gurunya yang mengatakan bahwa Allah merupakan salah satu oknum Tuhan. Ma'ruf al-Karkhi menentang pendapat ini karena menurutnya, Tuhan hanya satu. Karena pendapatnya yang berbeda dengan pendapat gurunya, ia di pukul oleh gurunya dan ia melarikan diri dan bersembunyi.


Kedua orang tuanya telah kehilangan anak yang dicintainya dan mengharap kepulangan anaknya serta kedua orang tuanya berjanji, kalau anaknya mau pulang, agama apa saja yang dipeluk anaknya akan dianut juga oleh kedua orang tuanya.

Setelah sekian lama ia memeluk agama Islam di bawah bimbingan Ali bin Musa al-Ridha, dan setelah ia pulang dengan mengatakan bahwa ia telah memeluk agama Islam, maka kemudian disusul oleh kedua orang tuanya. Ma'ruf al-Karkhi mempelajari agama Islam melalui sejumlah ulama di Baghdad yang di antaranya Daud al-Thai, Bakar bin Humais dan Farqad as-Subkhi. Karena ketekunannya dan ketabahannya dalam menuntut ilmu pengetahuan dan khususnya ilmu tasawuf, ia berhasil menjadi yang terkemuka di Baghdad. Ia membuka halaqah pengajian dan di antara murid-muridnya yang terkenal di kemudian hari adalah Sarri as-Saqathi. Sebagai seorang sufi ia juga di kenal di kalangan fuqaha sebagai seorang faqih.

Diriwayatkan dua orang faqih Baghdad yang terkemuka; Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Ibnu Ma'in berdiskusi tentang sujud sahwi dan keduanya belum sepakat. Kemudian lebih lanjut mereka berdua ingin menanyakan tentang pendapat Ma'ruf al-Karkhi. Ma'ruf al-Karkhi menjawab dari sudut pandang tasawuf katanya:

"Sujud sahwi merupakan hukuman kepada hati karena lalai mengingat Allah".

Ma'ruf al-Karkhi menurut para peneliti tasawauf sebagai salah satu tokoh yang mengembangkan ajaran tasawuf. Ia menambah hasil perolehan jiwa dari cinta yang telah ditemukan oleh Rabiah al-Adawiyah. Menurutnya, cinta harus dilanjutkan sampai ke titik thuma'ninah [ketenangan ] jiwa. Karena cinta dan ketenangan itulah yang menjadi tujuan tasawuf. Kebahagiaan yang sebenarnya dan yang kekal, bukan harta benda tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati. Kekayaan hati hanya dapat dicapai melalui ma'rifah [pengenalan] akan yang dicintai. Apabila yang dicintai telah di kenal, terwujudlah kebahagiaan dan ketenteraman dalam hati dan kecillah segala urusan kebendaan dalam penglihatan hati.

Ma'ruf al-Karkhi di pandang oleh para peneliti tasawuf sebagai tokoh penting yang merupakan pengembang ajaran tasawuf yakni memunculkan teori baru dalam tasawuf ialah melalui mencari ma'rifat sebagai inti ajaran tasawufnya. Kalau dahulu ajaran tasawuf baru berkisar berupa ajaran zuhud dan tekun beribadah untuk memperoleh keridhaan Allah. Pandangan ini berdasarkan penelitian kepada makna tasawuf itu sendiri. Di antara makna tasawuf yang dibawakan Ma'ruf al-Karkhi ialah tasawuf adalah memperoleh hakikat [ma'rifat] dan tidak mengharap sama sekali apa yang berada di tangan makhluk. Mencari hakikat tidaklah berbeda dengan mencari ma'rifat itu sendiri karena ma'rifat adalah ujung ilmu pengetahuan yang dikembangkan sufi yaitu ilmu syari'at, ilmu tarekat, ilmu hakikat, dan ilmu ma'rifat.

Tausiyah Ma'ruf al-Karkhi menurut para ahli sufi, sebagai seorang sufi yang dikuasai oleh perasaan cinta yang membara kepada Allah subhanahu wata'ala seperti halnya Rabiah al-Adawiyah. Berkenaan cinta kepada Allah Ma'ruf al-Karkhi mengatakan:

"Cinta kepada-Nya bukanlah diperoleh melalui pengajaran, ia merupakan pemberian Karunia Tuhan".

Pernyataan ini yakni cinta kepada Allah subhanahu wata'ala menurutnya bukan termasuk maqam [posisi yang di dapat melalui usaha] tetapi termasuk hal [keadaan jiwa] yang dikaruniakan Allah subhanahu wata'ala.

Menurut para peneliti Barat yang diantaranya Nicholson yang mencoba menghubungkan antara timbulnya ide memperoleh hakikat [ma'rifat] dengan latar belakang keagamaan Ma'ruf al-Karkhi di masa kecilnya.

Menurut Nicholson ide itu berasal dari ajaran agama yang dipeluknya yang dahulu ialah Kristen atau Sabiah.

Pendapat yang seperti ini hanya merupakan dugaan dengan alasannya pada masa kecil Ma'ruf al-Karkhi yang belum tentu mengenal ajaran tentang hakikat bahkan dugaan besar ia belum mengenalnya karena usianya yang masih muda. Muncul ide mencapai hakikat itu, mungkin saja hasil dari tafakur atau renungannya dalam tasawuf.

KEUTAMAAN DAN KARAMAH

Menurut ahli sufi, martabat yang tinggi di capai oleh Ma'ruf al-Karkhi tidak disangsikan lagi. Mereka beralasan dengan mimpi Ahmad bin Fath yang bertemu dengan Bisyir bin Haris yang telah wafat lebih dahulu. Ahmad bin Fath menyatakan tentang keadaan yang didalami Ma'ruf al-Karkhi dirinya diampuni Allah subhanahu wata'ala. "Kulihat Ahmad bin Hanbal berdiri sedang antara mereka terdapat pembatas. Karena Ma'ruf al-Karkhi menyembah Tuhan bukan mengharap surga, tidak pula karena takut kepada neraka", karena itu ia diangkat ke tempat yang tinggi yang tiada pembatasan antaranya dengan Tuhan. Begitulah pengakuan seorang sufi tentang martabat dan kedudukan Ma'ruf al-Karkhi.

Menurut sufi bahwa Ma'ruf al-Karkhi seperti halnya para zahid dan sufi lainya. Ma'ruf al-Karkhi terkenal di kalangan sufi memiliki banyak karamah yang diantaranya ketika terjadi kemarau panjang ia berdoa dalam shalat istisqa' meminta hujan, sebelum doanya selesai hujan sudah turun.

WAFATNYA SYEKH MA'RUF AL-KARKHI

Beliau telah pergi meninggalkan dunia ini, dengan tenang dia berangkat memenuhi panggilan Khaliqnya pada tahun 200 H/ 815 M, pada usia 78 tahun.



Syeikh Ma’ruf Al Karkhi rahimahullah sangat memperhatikan majelis Maulid Nabi. Dalam salah satu nasihatnya, beliau radhiyallahu anhu berkata :

“Barang siapa mempersiapkan makanan, mengumpulkan teman teman, menyalakan lampu, mengenakan pakaian baru , memakan parfum dan menghias dirinya untuk membaca dan mengagungkan mauled rasul, maka kelak di hari kiamat Allah akan mengumpulkan bersama para Nabi, orang orang yang berada dalam barisan pertama. Dia kan ditempatkan di Illiyyin yang tertinggi (Abu Bakar Bin Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I anathuth Thalibin Darul Fikr, juz3, hal 255)


Semoga Kita Bisa mengambil Manfaat Dan Mengharaf Limpahan Barokah Dari Sosok Tokoh Yang Di Muliakan Allah Azza Wa Jalla,Amin



Sumber : http://boegis.heck.in/kisah-dan-teladan-syekh-maruf-al-karkhi.xhtml

1 komentar :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...